bakabar.com, JAKARTA - Masalah sampah di Jakarta tak pernah selesai. Perilaku buruk masyarakat membuang sampah rumah tangga langsung ke badan kali atau sungai memberi kontribusi pada pencemaran sungai.
Dalam penelusuran bakabar.com, sebagian besar kali atau sungai di Jakarta sangat kotor, dan menimbulkan aroma yang tidak sedap. Hal itu menjadi ironi Jakarta, sebagai kota metropolitan
Ahmad, salah satu warga yang tinggal di bantaran kali Cideng, Jakarta Pusat mengungkapkan umumnya masyarakat membuang sampah ke kali karena kebiasaan yang sudah lama dilakukan.
"Ya, karena sudah terbiasa seperti itu. Kalau lagi malas, tinggal turun ke bawah tengah malam, kadang-kadang langsung buang aja di kali," kata Ahmad kepada bakabar.com, Senin (5/12).
Baca Juga: Plastik Kemasan Produksi Wings Jawara Sampah Plastik di Jatim, AKSI Sampaikan 8 Tuntutan
Seperti biasa, Ahmad tidak pernah terganggu dengan kondisi kali yang sudah penuh dengan sampah. Mereka tak merasa khawatir jika kali yang kotor berdampak buruk pada kesehatan warga sekitar.
"Kalau sudah biasa mah nggak apa-apa. Biasa tinggal di sini sudah biasa. Jadi kita merasa bau dan nggak menganggu. Kalau untuk kesehatan juga biasa saja, normal-normal aja, kecuali kalau lagi banjir airnya meluap ke rumah," ucapnya.
Hikmah, seorang wanita paruh baya yang berdagang makanan di pinggir kali Cideng menyampaikan bahwa dia sudah lama berdagang di pinggir kali itu, namun termpatnya tidak memadai.
"Kurangnya fasilitas (tempat jualan-red) dari pemerintah untuk jualan di tempat lain, makanya saya jualan disini," ujar Hikmah.
Baca Juga: Kacau! Volume Sampah Kepulauan Seribu 'Menggunung' hingga 6 Ton
Ia meminta agar pemerintah tidak menggusur tempat jualan tersebut, tetapi merapikan lapak-lapak di bantaran kali dan membersihkan kali yang kotor itu.
"Biar aman saja dagangnya, jangan ada gangguan apa-apa. Harapan saya seperti itu, sama pemerintah bisa membersihkan kali ini saja," pintanya.
Senada, Rizal seorang warga pinggir kali Jelambar menyebut bahwa tidak merasa terganggu dengan pencemaran kali karena mereka sudah terbiasa dengan kondisi itu. Biasanya warna hitam air sungai itu yang menimbulkan bau yang tidak sedap.
"Kalau sudah biasa nggak apa-apa. Nggak tau kalau orang baru. Kalau kita orang di sini mah sudah biasa, enggak apa-apa. Jadi kalau lagi hitam gini aja agak bau airnya, ngeresep ke sumur," cerita Rizal.
Baca Juga: Pj Gubernur Siapkan Drone Pantau Sampah Ada di Titik Keramaian
Rizal melanjutkan, sampah yang ada di Kali Jelambar biasa beterbangan dari jalan, karena mobil sampah hampir setiap hari datang ke lokasi tersebut. Dia juga tidak merasa terganggu atau khawatir soal kesehatan karena sampah yang ada di kali.
"Kalau disini tidak ada sampah. Kan mobil sampah setiap hari ke sini dan mengambilnya. Nggak tau sampah dari mana. Namanya juga di jalan, kan terbang dari mana-mana, model kaya plastik gitu," sebutnya.
"Gak ada sih, sehat sehat aja, nyamuk juga gak begitu banyak," tambahnya.
Rizal menjelaskan aparat pemerintah dan petugas kebersihan sudah memperingatkan masyarakat agar tidak membuang sampah ke dalam kali, dan mereka sudah tidak melakukan kebiasaan buruk itu.
"Sudah ada peringatan dari petugas agar jangan sampe buang sampah di sini. Petugas oranye, kan sering ke sini untuk bersiin," imbuhnya.
Baca Juga: Terekam Drone Buang Sampah Sembarangan di Jakarta, Denda 500 Ribu
Jakarta dikenal sebagai salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Selain mengancam kesehatan, kondisi tersebut juga dapat mengurangi kualitas hidup warga.
Untuk diketahui, BMKG mencatat konsentrasi partikulat PM 2,5 di Jakarta tahun 2022 ada di atas level 77 µg/m3 (mikrogram per meter kubik).
Hal ini menandakan kualitas udara Jakarta dalam kondisi mengkhawatirkan. Karena itu, perlu keseriusan pemerintah untuk mengatasi masalah yang berkontribusi pada batas konsentrasi polusi udara tersebut.