Tak Berkategori

Investor Masih Cerna Pernyataan The Fed, IHSG Menguat

apahabar.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (24/6) pagi…

Featured-Image
Ilustrasi – Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Foto-Antara/Aprillio Akbar/foc

bakabar.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (24/6) pagi menguat.

Penguatan IHSG seiring investor yang masih mencerna pernyataan The Fed.

IHSG dibuka menguat 17,54 poin atau 0,29 persen ke posisi 6.052,08. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,21 poin atau 0,49 persen ke posisi 863,82.

“Indeks saham di Asia pagi ini Kamis dibuka variatif atau mixed mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam di mana NASDAQ kembali mencatatkan rekor penutupan tertinggi sementara DJIA dan S&P 500 beserta indeks saham utama di Eropa mengalami penurunan. Investor mencerna pernyataan terkini dari pejabat bank sentral AS The Federal Reserve,” tulis Tim Riset Philip Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis.

Sehari setelah Gubernur The Fed Jerome Powell mengabaikan tekanan harga yang semakin besar, dua pejabat The Fed, yaitu Presiden Dallas Fed Robert Kaplan dan Presiden Atlanta Fed Raphael Bostic mengatakan periode dengan laju inflasi yang tinggi di AS dapat berlangsung lebih lama dari yang diantisipasi. Keduanya merupakan anggota FOMC yang tidak mempunyai hak pilih (non-voting member).

Selain itu, investor juga mencerna pernyataan Menteri Keuangan AS Janet Yellen bahwa Kementerian Keuangan AS telah melakukan semua langkah darurat demi untuk menghindari melebihi batas penarikan utang Pemerintah AS atau US debt limit hingga Agustus kecuali kongres beraksi cepat untuk menghindari potensi gagal bayar (default) yang dapat berakibat sangat buruk.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun bertahan di bawah 1,5 persen karena data ekonomi yang keluar cukup baik. Perhitungan awal (flash) data Manufacturing PMI AS pada Juni naik ke level tertinggi dalam sejarah.

Namun perusahaan manufaktur masih kesulitan mencari bahan mentah dan pekerja yang berkualitas sehingga menambah biaya dan harga bagi produsen dan konsumen.

Selanjutnya, penjualan rumah baru di AS selama Mei turun ke level terendah dalam setahun di picu oleh mahalnya bahan baku seperti kayu sehingga membuat harga rumah baru menjadi jauh lebih mahal.

Di Eropa, perhitungan awal data Composite PMI memperlihatkan bahwa dunia usaha tumbuh pada laju tercepat dalam 15 tahun pada Juni seiring dengan di hapusnya kebijakan lockdown dan pembatasan sosial.

Untuk hari ini, investor menantikan rilis data mingguan jobless claims dan durable goods orders Juni di AS. Dari Eropa, investor menantikan kebijakan suku bunga acuan oleh bank sentral Inggris Bank of England dan rilis data Ifo Business Climate Juni Jerman.

Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei menguat 43,34 poin atau 0,15 persen ke 28.918,23, indeks Hang Seng naik 127,08 poin atau 0,44 persen ke 28.944,15, dan indeks Straits Times meningkat 10,53 poin atau 0,34 persen ke 3.129,15.



Komentar
Banner
Banner