bakabar.com, CIANJUR – Kesabaran dan ikhtiar warga Pasir Ipis, Desa Sukamulya, Cugenang, Cianjur perlu diberikan apresisasi besar. Pasalnya, bantuan logistik yang lambat membuat sebagian warga memakan hasil kebun sendiri hingga membuat mereka gagal panen.
Rohmat (31) seorang warga Pasir Ipis menceritakan pengalaman pahitnya pascagempa di Cianjur. Ia bersama warga lainnya harus rela menunggu selama dua hari tanpa bantuan logistik.
Alhasil, pria yang suka disapa Amat itu hanya bisa makan dari hasil pertanian miliknya. Warga lain pun juga melakukan demikian, mereka memakan makanan hasil kebun sendiri.
Baca Juga: Gempa Cianjur, PMI Buka Layanan Info Orang Hilang
Atas perlakuan tersebut, ekonomi kampung terujung Kecamatan Cugenang itu merosot terjal hingga mengalami kegagalan hasil panen.
Ekonomi desa yang runtuh disebabkan oleh hasil kebun yang gagal, bukan hanya karena dimakan sendiri, melainkan ada juga perkebunan yang longsor akibat gempa.
Baca Juga: BNPB Umumkan 272 Korban Meninggal dalam Gempa Cianjur, 165 Jenazah Teridentifikasi
Rata-rata mata pencaharian warga Pasir Ipis memang seorang petani, mereka biasa menanam berbagai jenis sayuran dan rempah-rempah seperti Bawang, Buncis, Wortel, Tomat, Kacang Panjang, Kol, dan Sawi.
Baca Juga: BNPB Umumkan 272 Korban Meninggal dalam Gempa Cianjur, 165 Jenazah Teridentivikasi
Kampung Pasir Ipis baru bisa tersentuh oleh tim medis dan bantuan logistik pada hari Rabu (23/11). Lambatnya bantuan masuk dikarenakan akses yang jauh dan sangat terjal jika dilalui oleh motor ataupun mobil.
Selain akses jalan, sinyal juga menjadi alasan utama terputusnya akses komunikasi di daerah tersebut.
“Gak ada apa-apa mas disini, logistik baru dateng hari Rabu. Soalnya kan warga kampung lain udah cegat duluan, jadi kita nggak kebagian,” cerita Amat kepada bakabar.com, Jumat (25/11).
Gagal Panen
Selain gagal panen, Amat menceritakan kesusahan warga Pasir Ipis yang saat itu hanya bisa berlindung di gudang pupuk. Selama dua hari warga kampung membuat posko sendiri dengan memanfaatkan barang-barang bekas, terutama gudang pupuk.
“Sebelum bantuan datang (Logistik & Tenda) kita bikin posko sendiri, ada yang dari terpal bekas, terus ada yang di gudang pupuk,” tambah Amat.
Menurut pantauan tim bakabar.com, warga kampung membangun posko di tengah lahan kebun atau di halaman kosong, usai mendapatkan bantuan tenda.
“Pas kita dapet bantuan tenda, kita bikin posko di halaman kosong, atau di lahan kebun,” imbuhnya.
Selain itu, warga juga membuat MCK sendiri. “Kita kamar mandi bikin sendiri Cuma dari bambu sama plastik bekas,” pungkasnya.