bakabar.com, JAKARTA - Perundungan atau bullying merupakan perilaku agresif yang dapat membuat seseorang mengalami perasaan tidak nyaman. Tindakan itu seringkali diasosiasikan dengan serangan fisik, seperti memukul atau menendang.
Sejatinya, perundungan tak melulu identik dengan kekerasan. Perkataan yang menyakitkan pun termasuk sebagai bullying verbal, di mana lazimnya berupa umpatan sarat hinaan, berkonotasi merendahkan, hingga bentakan yang dilontarkan secara sengaja maupun tidak.
Celakanya, bullying verbal bukan cuma dilakukan orang luar. Tanpa disadari, orang tua bahkan berpotensi menjadi pelaku bullying verbal terhadap anak sendiri. Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah tanda orang tua melakukan bullying verbal kepada anak tanpa sengaja:
1. Memanggil dengan nama panggilan yang berfokus pada kelemahan anak
Nama kecil seperti “gembul” atau “si unyil” barangkali terdengar lucu bagi orang tua. Namun, ternyata, itu adalah bagian dari bullying verbal.
Orang tua sudah sepatutnya berhati-hati dalam memilih nama panggilan untuk anak. Jangan sampai memakai nama yang kurang tepat, apalagi berhubungan dengan kekurangan atau kelemahan anak.
Jika sudah terlanjur menggunakan nama panggilan yang demikian, cobalah bertanya apakah si buah hati nyaman dengan panggilan tersebut. Jika anak merasa tidak nyaman, segera perbaiki nama panggilan itu.
2. Membanding-bandingkan anak
Membanding-bandingkan anak dapat mengembangkan perasaan inferior secara tidak sadar. Selain itu, mereka juga cenderung memiliki amarah tersembunyi terhadap orang tua karena merasa orang tuanya tidak menyayanginya.
Oleh karena itu, sebaiknya hindari kalimat yang terkesan membandingkan anak, sekalipun bertujuan untuk memotivasi mereka.
3. Bersikap terlalu protektif
Setiap orang tua pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi anak. Namun, bersikap terlalu protektif juga termasuk bentuk bullying verbal terhadap anak.
Menggunakan kata “jangan” secara terus menerus berarti mendikte tiap gerakan anak. Perilaku ini dikenal sebagai helicopter parenting, di mana orang tua mengontrol setiap gerak-gerik anak. Akibatnya, si kecil menjadi terlalu bergantung, terlalu takut, atau bahkan mudah emosional.