bakabar.com, JAKARTA - Tim penyelidik UEFA sudah mengeluarkan hasil investigasi terkait kericuhan yang terjadi di Paris saat laga final Liga Champions 2022 antara suporter Liverpool dan Real Madrid.
Menurut hasil penyelidikan tersebut, UEFA memiliki tanggung jawab penuh atas kerusuhan dan kegagalan keamanan yang nyaris menghasilkan malapetaka di kompetisi tertinggi sepak bola Eropa antar klub.
“Sungguh luar biasa bahwa tidak ada yang kehilangan nyawa mereka,” tulis dokumen yang diluncurkan panel investigasi UEFA dikutip dari espn.
“Panelis telah menyimpulkan bahwa UEFA, sebagai pemilik acara, memikul tanggung jawab utama atas kegagalan yang hampir menyebabkan bencana.”
Baca Juga: Mbappe-Messi Latihan Jelang Lawan Munchen, PSG Masih Belum Yakin
Kegagalan sistem keamanan yang diterapkan saat itu membuat puluhan ribu penggemar tertahan berjam-jam di antrian yang padat, untuk memasuki Stadion Stade de France berkapasitas 75.000, lokasi partai final Liga Champions antara Liverpool dan Real Madrid.
Banyak suporter ditembaki dengan gas air mata oleh polisi setempat sebelum pertandingan. Dan setelah laga usai yang dimenangi oleh Real Madrid dengan skor 1-0, puluhan suporter dirampok saat meninggalkan stadion oleh warga setempat.
Sebelumnya, UEFA sempat mengeluarkan pernyataan bahwa penggemar Liverpool menjadi penyebab utama karena terlambat datang, dan menggunakan tiket palsu untuk mencoba masuk ke stadion.
Namun, Senin (15/2) kemarin waktu setempat, Sekretaris Jendral UEFA, Theodore Theodoridis sudah menyampaikan permintaan maafnya kepada Liverpudlian, julukan fans Liverpool.
Baca Juga: Menang di Derby Merseyside, Era Kebangkitan Liverpool?
Selain itu, pernyataan tertulis yang dikeluarkan tim penyelidik UEFA menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusuhan, termasuk salah satunya kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh badan Badan Sepak Bola Eropa tersebut.
“Kurangnya pengawasan UEFA atas pendelegasian masalah keselamatan dan keamanan pribadi, penghormatan semua masalah tersebut di ruang publik kepada otoritas kepolisian, dan tidak mengikuti persyaratan keselamatan, keamanan, dan layanannya sendiri, adalah resep untuk kegagalan yang terjadi,” tulis laporan itu.
“Pejabat senior di puncak UEFA membiarkan hal ini terjadi, meskipun kekurangan modelnya diketahui secara luas di tingkat manajemen senior,” lanjut pernyataan tertulis tersebut.
Setelah terjadinya kerusuhan, Kepala Operasi Kepolisian Paris, Didier Lallement menyatakan pensiun sekitar enam minggu kemudian.
Selain itu, firma hukum yang mewakili lebih dari 600 pendukung Liverpool meminta tanggung jawab kepada UEFA, dengan mengatakan mereka yang terkena dampak harus mendapatkan kompensasi.