Geliat UMKM

Geliat Tembakau Lintingan di Tengah Dominasi Industri Rokok dan Vape

Bisnis tembakau lintingan alias tingwe ternyata masih digandrungi berbagai kalangan, khususnya anak muda. Seiring dengan terus naiknya harga rokok. ternyata mem

Featured-Image
SMOKAR Indonesia - Toko Tembakau Rokok Cerutu Tingwe, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (13/11). Foto: apahabar.com/Ayyubi

bakabar.com, JAKARTA - Bisnis tembakau lintingan alias lintingan dewe (tingwe) ternyata masih digandrungi berbagai kalangan, khususnya anak muda. Seiring dengan terus naiknya harga rokok, ternyata membuat usaha tembakau tingwe menjadi semakin ramai.

Pemilik Toko Tembakau Smokar Indonesia, Hendry (26) mengungkapkan banyak anak muda yang datang dengan alasan karena rokok konvensional lebih murah dibandingkan dengan rokok lintingan yang dijualnya.

"Untuk Smokar, pasarnya itu anak muda. Karena kita menyediakan namanya jasa linting. Jadi bisa kita lintingin juga jadi kita jual rokoknya batangan, 1000 per batang," jelas Hendry kepada bakabar.com, Minggu (12/11).

Baca Juga: Tak Terbendung! Low Tuck Kwong Masih Orang Terkaya di Indonesia

Dari hasil penjualan lintingan per batang itu, Smokar, toko tembakau yang bertempat di Kebayoran Lama itu bisa meraup keuntungan mencapai Rp15 juta per hari. Asumsinya, rokok lintingan yang terjual mencapai 400-500 batang per hari, dengan harga per batang Rp1.000.

Selain melayani rokok lintingan, Hendry juga melayani penjualan tembakau eceran per ons yang dijual dengan harga Rp20.000. Dengan berat tersebut dapat dikonversi menjadi 90-100 batang.

Di samping itu, Hendry menjual tiga jenis tembakau di tokonya. Di antararanya, tembakau alami, eceran, dan bungkusan.

"Jarang (toko tembakau) yang ambil dari daerah atau tembakau murnian," ujarnya.

Baca Juga: Pantesan Minim Inovasi, Daya Serap Riset Industri Hanya 0,2 Persen

Umumnya eceran dijual karena tembakau tersebut bisa memiliki cita rasa sepeti rokok pada umumnya. Serta juga memiliki rasa-rasa yang unik seperti memiliki rasa madu dan apel.

"Jadi sudah dibungkus yang rata-ratanya terdapat 35-50 gram," ungkapnya.

Bersaing dengan Vape

Pemilik Toko Tembakau Smokar Indonesia, Hendry (26) tengah melinting tembakau yang dilakukan secara tradisional di tokonya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (12/11). Foto: bakabar.com/Ayubbi
Pemilik Toko Tembakau Smokar Indonesia, Hendry (26) tengah melinting tembakau yang dilakukan secara tradisional di tokonya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (12/11). Foto: bakabar.com/Ayubbi

Cita rasa yang khas ini yang membuat toko tembakau mampu bertahan hingga saat ini. Pasalnya, variasi rasa yang dimiliki dinilainya mampu mengimbangi perkembangan rokok elektrik, seperti vape dan pod yang kini mungkin telah menjadi gaya hidup baru bagi masyarakat.

"Di saat vape, pod, punya banyak rasa. Tembakau juga muncul dengan racikan baru yang punya banyak rasa. Jadi inovasi itu juga bisa ngimbangin kesukaan konsumen," jelas dia.

Di samping itu, tetap dipilihnya tembakau murni sebagai salah satu tembakau yang dijualnya bukan tanpa alasan. Selain menjual tembakau yang kaya akan rasa-rasa yang unik. Hendry juga tetap ingin menawarkan tembakau dengan cita rasa yang khas dari masing-masing daerah.

Membantu Petani Tembakau

Hendry mengungkapkan kondisi petani tembakau saat ini memprihatinkan. Petani yang biasa menjual Rp130 ribu per kilogram, justru dibanderol Rp20-50 ribu per kilogram oleh perusahaan rokok.

Kondisi tersebut disebabkan para petani tembakau yang terikat oleh kontrak sebagai pihak penyuplai tembakau bagi perusahaan. Di tengah harga yang anjlok, petani tembakau tidak mampu berbuat banyak.

"Isu lama itu, contohnya misal dari petani temanggung kan suplainya untuk gudang garam. Tapi sama Gudang Garam harganya dibanting banget," terang dia.

Baca Juga: Genjot Bauran EBT, CELIOS: Jangan Berhenti di Peresmian PLTS Cirata!

Karena itu, pasokan tembakau murni yang diperoleh Hendry hampir sebagian besar diperolehnya dari petani. Namun, sesekali ia mengambil tembakau dari agen.

"Biasanya kita samperin dulu ke tempatnya. Ke lahan pertaniannya terlebih dahulu," ujarnya kepada bakabar.com.

Hendry mengaku telah menjalin kerjasama terhadap tiga petani daerah yang berasal dari Temanggung, Aceh, dan Lombok. Ia mengaku ingin memperluas jenis tembakau yang dipasoknya dari Medan dan Situbondo.

Baca Juga: Menteri ESDM Sentil PLN soal Hambatan PLTS Atap di Daerah

Adapun tembakau murni yang dijual petani kepadanya rata-rata dibanderol Rp100-130 ribu per kilogram. Sedangkan keuntungan rata-rata yang didapat dari tembakau murni yang dijualnya berkisar di 10-50 persen. Tergantung produk daerah mana yang dijual.

"Tapi ya kita ambil rata-rata sekitar 30 persenlah," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner