Geliat UMKM

Mengenang Senandung Piringan Hitam di Pasar Santa

Nuansa kental dengan lantunan lagu jadul terdengar di salah satu toko yang berada di lantai 4 pasar santa. Toko itu bernama Benda Beku Store. Toko yang menjual

Featured-Image
Satrio (21) Pegawai Benda Beku Store, Pasar Santa, Jakarta Selatan. Foto: apahabar.com/Ayyubi

bakabar.com, JAKARTA - Nuansa kental dengan lantunan lagu jadul terdengar di salah satu toko yang berada di lantai 4 Pasar Santa, Jakarta Selatan. Toko itu bernama Benda Beku Store. Toko yang menjual piringan hitam atau vinyl.

Di era modern seperti sekarang ini, rupanya pamor dari piringan hitam tak memudar. Pegawai Benda Beku Store, Satrio (21) mengungkapkan musik-musik jadul dari piringan hitam tidak akan pernah kehilangan penikmatnya.

"Kalau analog sih pasti nggak bakal mati sih. Karena Beda aja gitu feel-nya. Punya sentimentalnya sendiri," katanya kepada bakabar.com dikutip Sabtu (13/1).

Baca Juga: Geliat Tembakau Lintingan di Tengah Dominasi Industri Rokok dan Vape

Piringan hitam yang dijual di tokonya masuk dalam kategori harga yang murah. Dimulai dari harga Rp50 ribu hingga Rp2,8 - Rp3 juta.

Perbedaan harga itu kata dia tergantung dari musisi atau albumnya. Semakin langka, semakin meningkat juga harganya.

Oleh karena itu keuntungan yang didapat tidak begitu besar. Namun dia mengaku Geliat bisnis piringan hitam masih cemerlang.

"bersihnya minimal ya 10 juta maksimal yang pernah didapet toko ini paling kayak Rp30 jutaan," jelasnya.

Baca Juga: Dorong UMKM Naik Kelas, Prabowo: Hilirisasi!

Di samping itu, sebenarnya, tantangan dari penjualan piringan hitam tersebut adalah karena bertebarannya lagu gratisan di internet.

Namun, dia tidak khawatir, selain nilai plus dari piringan hitam yang berbentuk fisik dan cocok untuk dikoleksi. Kata dia, Vinyl memiliki kumpulan lagu yang jarang ada di platform digital.

Dia mencontohkan seperti musik-musik lampau dari musisi Indonesia yang sudah tidak didistribusikan melalui platform digital. Itu hanya ada di piringan hitam.

"Karena nggak bisa dieksplor di digital dan (piringan hitam) ada nilai klasik dan bisa jadi pajangan atau koleksi itu ya dan pingin denger juga suka musik-musik yang emang nggak didistribusikan ke digital itu. Biar edgy lah biar edgy," jelas dia.

Baca Juga: Tiga Strategi Ganjar Dorong UMKM Naik Kelas

Apalagi tambah dia, musisi sekarang mendukung kembali eksistensi piringan hitam. Dengan banyak yang beralih ke vinyl dalam memasarkan album barunya.

"Trennya tuh sekarang lagi musik-musik, musisi-musisi indo lagi banyak rilisan di piringan hitam," ungkap dia kepada bakabar.com.

Lanjut dia, di toko barang beku ini, kata dia menjual piringan hitam mulai dari yang paling baru hingga yang bekas.

Hal itu yang menurutnya membuat toko yang dia jaga memiliki pasarnya sendiri. Kebanyakan piringan hitam yang disenangi adalah musik Indonesia tahun 80-90an dan City Pop Jepang.

"Semua genre ada tapi yang paling disenangi Indo, Indo lama sih 80an, 90an sama City pop Jepang," tandas dia.

Editor


Komentar
Banner
Banner