News

Gas Tak Terbendung, Harga Batu Bara Kian Melambung!

apahabar.com, JAKARTA – Harga batu bara mulai melambung sejak Rabu (15/6) lalu. Batu bara kontrak Juli…

Featured-Image
Sebagian besar perusahaan sudah kembali melakukan kegiatan ekspor batu bara. Foto-istimewa

bakabar.com, JAKARTA – Harga batu bara mulai melambung sejak Rabu (15/6) lalu.

Batu bara kontrak Juli di pasar internasional ditutup di harga US$ 358,75 ton per ton.

Menguat 3,57% pada penutupan perdagangan Jumat (17/6).

Kenaikan harga batu bara juga menjadi kabar positif setelah tumbang selama periode 7-14 Juni 2022.

Dalam sepekan, harga batu bara acuan Ice Newcastle tercatat menguat 4%, sementara dalam sebulan masih anjlok 12,52%.

Meski demikian, sepanjang tahun ini harga batu bawa masih meroket lebih dari 136,41%.

Kenaikan harga batu bara disebabkan tingginya harga gas alam cair dan permintaan yang masih besar.

Harga gas alam cair diperkirakan akan naik karena Rusia membatasi pasokan ke Eropa serta faktor cuaca.

Salah satu pemasok besar gas alam cair yakni Freeport LNG juga mengalami persoalan pada salah satu terminal mereka di Gulf Coast, Texas, sehingga berdampak kepada pasokan.

Batu bara pun kemudian dicari sebagai alternatif bahan bakar pengganti.

“Harga gas alam cair sepertinya masih melonjak karena situasi di Rusia dan di Gulf Cost. Saat ini juga kerap terjadi badai. Kondisi ini akan menopang harga batu bara,” tutur salah satu broker, seperti dikutip CNBC Indonesia dari Montel News.

Perbaikan harga batu bara juga ditopang oleh kenaikan permintaan dari India.
Pemerintah Negeri Bollywood tersebut telah meminta pembangkit listrik untuk meningkatkan stok batu bara mereka menjadi 40 juta ton selama hujan yang akan berlangsung Juli-September.
Menteri Kelistrikan India R.K Singh mengatakan pasokan saat ini hanya sekitar 22,9 juta ton.

Data dari Rystad Energy menunjukkan batu bara masih menjadi sumber energi yang kompetitif hingga 2025.

Namun, langkah beberapa negara, seperti Eropa, mempercepat penggunaan energi terbarukan membuat batu bara bisa kehilangan daya tariknya dan makin ditinggalkan

Selain itu, permintaan dan penggunaan batu bara diperkirakan juga akan meningkat di Australia karena sejumlah pembangkit listrik yang akan kembali beroperasi.

Australia tengah menghadapi krisis listrik setelah pembangkit listrik mereka kekurangan pasokan batu bara.

Persoalan listrik membuat Pasar Listrik Nasional National Electricity Market (NEM) menangguhkan pasar.

NEM menyuplai listrik bagi seluruh wilayah Australia kecuali bagian utara dan barat.

Di wilayah naungan NEM, pembangkit batu bara berkontribusi 65% terhadap total pasokan listrik.

Australia merupakan salah satu dari tiga produsen batu bara dan gas terbesar di dunia.

Bahan bakar fosil menyediakan sekitar 71% listrik di mana batu bara mendominasi 51%.

Namun saat ini, sekitar seperempat dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di pantai Timur offline karena pemadaman dan pemeliharaan.

Belum lagi gas yang kabarnya akan diborong Eropa untuk menggantikan pasokan Rusia.

Selain itu, krisis ini sendiri diakibatkan oleh kenaikan harga bahan energi.
Kenaikan ini tidak diimbangi oleh kenaikan tarif listrik yang ditahan di level 300 dolar Australia (Rp 3 juta) per MW.



Komentar
Banner
Banner