Duck Syndrome, Upaya Menutupi Masalah dan Tekanan Hidup
Tak semua orang yang terlihat sukses dan bahagia menjalani hidup dengan baik-baik saja. Bisa jadi ada masalah yang mereka tutupi. Itulah duck syndrome.
Duck syndrome merupakan kondisi seseorang menutupi kekurangannya dari orang lain, seolah-olah dirinya baik-baik saja. Foto: Zoff photo/istock photo
bakabar.com, JAKARTA – Tak semua orang yang terlihat sukses dan bahagia menjalani hidup dengan baik-baik saja. Bisa jadi ada masalah yang mereka tutupi. Itulah duck syndrome.
Semua individu pasti menghadapi naik turun dalam kehidupan mereka, tetapi kadang-kadang mereka memfilter apa yang mereka perlihatkan kepada orang lain.
Baik dalam lingkungan online maupun interaksi di dunia nyata, mungkin sulit untuk mengungkapkan kesulitan yang sedang Anda hadapi. Tidak ada yang selalu berada dalam keadaan positif, dan media sosial dapat menciptakan ilusi.
Melansir Psychcentral, sindrom bebek akan muncul saat Anda berusaha menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna, sementara di bawah permukaan Anda bekerja keras untuk menjaga segalanya tetap utuh.
Istilah ini terinspirasi oleh gambaran bebek yang mengayuh dengan cepat di bawah permukaan air namun terlihat seolah-olah tampak meluncur dengan mudah.
Sindrom ini ditemukan pertama kali di Universitas Stanford dan bukanlah suatu kondisi kesehatan mental. Walaupun demikian, sindrom bebek dapat memiliki dampak nyata pada kesehatan mental.
Gejala Duck Syndrome Tanda dan ciri-ciri sindrom bebek mencakup: 1. Membandingkan diri dengan orang lain. 2. Merasa bahwa orang lain lebih unggul. 3. Menganggap diri gagal dalam memenuhi harapan-harapan hidup. 4. Rasa takut terhadap pengawasan dan kritik. 5. Sensasi seakan-akan orang lain merancang situasi untuk menguji kemampuan Anda.
Sindrom bebek mungkin mengakibatkan munculnya kondisi kesehatan mental yang mendasarinya seperti depresi, kecemasan, atau gejala-gejala kesehatan mental lainnya.