bakabar.com, JAKARTA - Impostor Syndrome selalu meragukan kemampuan diri sendiri dan tak percaya ia mampu. Perempuan lebih banyak mengalami sindrom ini.
"Seseorang dengan sindrom ini mengalami kesulitan akan kepercayaan dirinya, dan menganggap kesuksesannya berasal dari faktor eksternal seperti keberuntungan," ujar Emma Giordano, konselor kesehatan mental di Empower Your Mind Therapy in New York City.
Setiap orang pasti pernah mengalami kurangnya rasa percaya diri dengan kemampuan mereka. Namun orang dengan sindrom impostor walaupun memiliki prestasi dan pengalaman yang tinggi, mereka cenderung mengalami rasa ketidak mampuan diri serta meragukan kemampuan sendiri.
Dilansir Times, diperkirakan 70% orang pernah mengalami Impostor Syndrome dalam hidup mereka, dan mempengaruhi semua orang. Dan pada riset di tahun 2019, perempuan terindikasi lebih banyak mengalami sindrom ini dibandingkan laki-laki.
Baca Juga: Kenali Hormon Bahagia dan Cara Aktivasinya, Demi Kesehatan Mental
Kenali Tanda dan Gejala Sindrom Impostor
Menurut penelitian, sindrom ini mungkin berkaitan dengan kondisi mental tertentu seperti gangguan kecemasan sosial (Social Anxiety Disorder) atau gangguan hiperaktivitas defisit (ADHD).
Dilansir psychcentral, beberapa tanda sindrom ini memiliki gejala seperti ketergantungan pada validasi orang lain, ketakutan tidak memenuhi ekspektasi diri sendiri dan orang lain, terlalu memaksakan diri agar selalu berprestasi, serta menyabotase diri sendiri.
Gejala umum yang menyebabkan sindrom impostor ini muncul adalah depresi, tingkat stress yang tinggi, rasa bersalah dan malu.
Penanganan dan Cara Mengatasi
Untuk mengatasi rasa ketidakmampuan pada diri adalah dengan mengingatkan tentang kualitas diri sendiri dan memerlukan proses yang berat dalam tiap langkahnya.
Mengembangakan self-awareness (kesadaran diri) juga merupakan hal penting. Berikut rekomendasi dari Giordano untuk mengatasi sindrom impostor:
1. Mengakui Pemikiran dalam Diri
Mempraktikan pemikiran positif sangat diperlukan dalam sindrom ini. Hal ini dapat membuat pengaruh pada diri dan mental dari seseorang. Menghindari pemikiran negatif juga sangat disarankan dalam upaya menghindari sindrom ini muncul kembali.
Baca Juga: Mengenal Misogini: Sindrom Membenci Perempuan
2. Percaya akan Keberhasilan Diri Sendiri
Ingatlah bahwa semua hasil berawal dari kerja keras yang kita lakukan, membuat daftar pencapaian diri yang membawa menuju tahap ini sangat diperlukan, untuk memberikan rasa cukup pada diri sendiri.
3. Melakukan Afirmasi Positif
Afirmasi atau pujian positif, merupakan hal yang penting untuk kesehatan mental, kalimat pujian bisa kita dapatkan dari diri sendiri atau pihak eksternal (keluarga, teman, rekan kerja, dan orang lain).
Kalimat afirmasi biasa dilakukan dengan hal yang lucu, seperti menempelkan pada notes dengan warna yang cerah, hingga mengucapkan kalimat positif pada diri sendiri seperti berterima kasih pada diri sendiri.
4. Bercerita dengan Orang Lain
Walau tidak semua hal dapat diceritakan dengan orang lain, namun membagikan sedikit hal yang kita lalui tidak ada salahnya untuk dicoba.
Giordano merekomendasikan untuk menceritakan kegiatan yang kita alami dengan anggota keluarga, teman atau orang yang dipercaya untuk memberikan perspektif lain dan membangun hubungan yang lebih erat.
"Bercerita sangat membantu kita dalam keraguan dan mengingatkan bahwa kita tidak sendirian," ujar Giordano.
5. Membuat Goals yang Realistis
Terkadang memiliki tujuan hidup yang sederhana tidak memiliki tantangan, namun jika tujuan hidup yang terlalu berat akan membuat kekecewaan dan kegagalan. Cobalah untuk mengatur tujuan hidup secara perlahan dan bertahap, jika merasa sudah mampu, bisa melanjutkan ke tahap kesulitan lanjutan.
Selalu ingat untuk melakukan pujian atas setiap keberhasilan yang dimiliki, untuk membuat diri lebih yakin dan percaya bahwa hal ini layak untuk dirayakan.
Kunci utama mengatasi rasa ragu ini adalah dengan membangun self-esteem atau harga diri dan kepercayaan diri yang kuat. Teruslah berlatih untuk menerima diri sendiri.
Memiliki keluarga dan lingkungan yang suportif dan selalu memberikan pujian atas keberhasilan kamu adalah sebuah harta karun yang tidak bisa ditukar dengan hal apapun.
Namun jika sindrom ini makin memburuk dan membuat kegelisahan mendalam serta mengganggu aktivitas, menemui psikolog atau seorang ahli dalam kesehatan mental dangat diperlukan dalam proses penyembuhan dan membuat kita tidak sendiri dalam menghadapi hal ini.