Opini

Di Tik Tok, Gibran Jauh Kalahkan Ganjar, Prabowo, dan Anies

Di akun Twitter, Gibran Rakabuming Raka tiba-tiba membagikan postingan mengenai survei di Tik Tok. Tajuknya adalah “Vote Tokoh Favorit Kalian dengan Support.”

Featured-Image
Survei yang diadakan di Tik Tok

Kedua, para pengguna Tik Tok adalah mereka yang pilihan politiknya dipengaruh oleh isu-isu terkini dan viral. Saat Ganjar menyampaikan sikap menolak perhelatan Piala Dunia U-20 yang didalamnya ada Israel, maka dia seakan “menggali lubang sendiri” untuk menjadi bahan bully-an dan kritik dari para pengguna Tik Tok.

Dengan pola yang sama, kita bisa memahami bagaimana popularitas Mahfud kian meroket di Tik Tok. Dia menajdi oase dari lambannya penegakan hukum di negeri ini. Dia menampilkan sikap tegas terhadap korupsi sekaligus membuka sesuatu yang selama ini disembunyikan.

Baca Juga: (OPINI) Dagang Sapi Anies Baswedan dan Gibran Jokowi

Ketiga, jika tidak ada strategi untuk masuk ke Tik Tok, maka sosok Prabowo, Anies, dan Ganjar hanya akan menjadi Old Power yag tidak relevan dengan dinamika anak muda. Mereka gagal membaca apa yang diinginkan anak muda, serta bagaimana merebut perhatian mereka. Kampanye mereka terkesan tua dan pasti akan ditinggalkan oleh laju zaman.

Kedepannya, semua politisi dan calon presiden mesti merumuskan strategi media sosial yang lebih tepat. Tidak lagi hanya mengandalkan konte serius, tetapi ulai mengemas semua hal serius dalam bahasa sederhana dan tepat sasaran.

Sebelum merumuskan strategi konten, perlu memahami big data untuk mengetahui apa aspirasi yang paling diinginkan audience sehingga pesan bisa dikemas lebih tepat dan menyentuh sasaran.

Di Indonesia, semua ajang politik selalu diikuti trend media sosial. Pilpres tahun 2009 adalah awal mula kampanye melalui Facebook dan Twitter. Tahun 2014 , Facebook masih tetap berjaya, namun perlahan Instagram mulai menguat. Tahun 2019, Instagram mulai menggeser Facebook.

Kini, tahun 2024 adalah eranya Tik Tok merajai semua platform media sosial. Suka atau tidak suka, zaman sedang bergeser ke sana. Demi meraih suara kaum muda, perlu memetakan strategi, merumuskan storytelling yang tepat, serta menguasai belantara network society untuk memenangkan persaingan.

Saya teringat catatan sosiolog Manuel Castells dalam buku Network Society. Dia menyebut tentang sosok The Planners, yang digambarkan sebagai sejumlah orang yang mengendalikan informasi.. Para Planner merancang alur permainan, mengamati tindakan manusia lainnya melalui algoritma, lalu merancang satu permainan di mana orang-orang serupa pion yang satu demi satu berkelahi dan dikorbankan demi mengejar angan-angan kesejahteraan.

Kini, kita menyaksikan kerja The Planners yang menentukan suka atau tidaknya kita terhadap setiap politisi, capres, maupun caleg. Semuanya terjadi di arena media sosial, termasuk Tik Tok. Apa sebagai warga kita tetap punya kebebasan? Ataukah kita hanya pion yang menunggu trending dan viral?

Editor


Komentar
Banner
Banner