bakabar.com, JAKARTA - Sebagai negara dengan populasi sepeda motor terbesar ke-3 di dunia, industri motor listrik di Indonesia menunjukkan peluang sebesar $19,2 miliar, baik dari sudut pandang produsen maupun distribusi energi.
Peluang itu diperkuat yang mana sejak 2019 pemerintah terus memberikan insentif kepada konsumen, mengurangi biaya produksi, dan mempercepat infrastruktur kendaraan roda dua listrik untuk mencapai targetnya pada 2030.
Pda 2030 ditargetkan ada 31.000 stasiun pengisian daya, 67.000 stasiun pertukaran, 30 perseb penjualan sepeda motor terdiri dari listrik, dan 13,5 juta sepeda motor elektronik di jalan.
Maka dari itu, Deloitte Indonesia bersama Foundry, melakukan riset terkait perkembangan ekosistem kendaraan listrik khususnya pertumbuhan motor listrik di Indonesia.
Baca Juga: Target 13 Juta Kendaraan Listrik pada 2035, Nikel Terus Diburu
Dalam riset tersebut menunjukkan bahwa adopsi motor listrik di Indonesia mengalami lonjakan signifikan selama 2 tahun terakhir, yakni bertumbuh sebesar 15 kali lipat sejak 2020 hingga 2022.
Riset ini mengupas peta industri pemain motor listrik, serta analisis lebih dalam mengenai opsi dan dilema adopsi motor listrik seperti charging atau swapping, perbandingan biaya dan infrastruktur untuk berbagai model yang ada, serta pandangan dari sisi regulasi.
Nindito Reksohadiprodjo, Partner, Deloitte Indonesia, menjelaskan bahwa target sepeda motor listrik 13,5 juta yang ambisius mengalami peningkatan 15,4 kali lipat dalam 2 tahun terakhir.
Menurutnya, beberapa pemain di industri ini telah menjadi pusat perhatian dalam industri sepeda motor listrik di Indonesia, dan masing-masing perusahaan berkontribusi terhadap transformasi cepat lanskap transportasi nasional.
"Kami berharap riset ini dapat membantu para pemain untuk menavigasi pertumbuhan industri, karena peralihan ke mobilitas listrik tidak hanya mengatasi tantangan mobilitas perkotaan tetapi juga berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan," kata Nindito saat acara bertajuk 'An Electric Revolution: The Rise of Indonesia’s E-Motorcycle' di Jakarta, Selasa (12/9).
Baca Juga: Jajaran Motor Honda yang Tak Pakai Rangka eSAF, Skutik hingga Moge
Sementara itu, Erwin Arifin, Director of Research, Foundry mengatakan riset ini bertujuan untuk memetakan perkembangan dan peluang industri motor listrik di Indonesia, bagi para stakeholder terkait.
"Sebagai ekosistem platform, kami melihat sinergi yang solid sangat dibutuhkan untuk bersama-sama memecahkan masalah, memberikan solusi, dan memajukan perkembangan industri motor listrik di Indonesia," terangnya.
Agus Tjahajana, Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan beberapa hambatan kehadiran motor listrik yang ditemui yaitu mulai adopsi, standarisasi baterai dan jarak tempuh yang terbatas.
Baca Juga: Tips Merawat Rangka Motor Agar Tetap Kokoh, Pemilik eSAF Wajib Baca
Tetapi, lanjut dia, bila diperkuat dengan sistem swapping baterai tentu akan bisa mempercepat transisi dan adopsi motor listrik.
"Maka dari itu, kita perlu swap station yang tersebar di berbagai titik untuk kenyamanan penggunanya. Kita tidak dapat membandingkan motor listrik dengan motor bensin yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu," bebernya.
Di waktu yang sama, Irwan Tjahaja, Founder & CEO SWAP Energi menerangkan bahwa sebagai salah satu pioneer di industri baterai swapping dan motor listrik, pihaknya berkomitmen dan berpartisipasi aktif dalam mengejar terwujudnya Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.
"Dengan 1.500 swap station yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, kami akan mempercepat penempatan 5.000 titik penukaran baterai sehingga memudahkan para pengguna motor listrik untuk beralih ke moda transportasi yang lebih eco-friendly,” ujarnya.
Baca Juga: Pemakaian Motor Listrik Genjot Pengurangan Polusi Udara Nasional
Sementara menurut Fadli Rahman, Director of Strategic Planning and Business Development, Pertamina New & Renewable Energy dalam proses adopsi kendaraan listrik skala besar, perlu juga dipertimbangkan manajemen sumber daya alam dari awal hingga akhir.
"Tentunya setelah produksi dan penggunaan baterai, perlu dipikirkan dari sekarang bagaimana proses utilisasi/daur ulang dari baterai tersebut. Mulai dari energy storage, cell recycling dan upaya lainnya guna menjaga keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan," pungkasnya.
Adapun, katalis yang diperlukan untuk adopsi EV yang lebih cepat meliputi infrastruktur distribusi energi, insentif dari pemerintah, standarisasi baterai motor listrik, serta pajak karbon pemerintah dan kredit pajak kendaraan listrik.
Baca Juga: 10 Motor Listrik Alva Cervo Jadi Sarana Edukasi bagi Muhammadiyah
Seiring dengan pertumbuhan pasar sepeda motor listrik di Indonesia, jelas bahwa kendaraan ramah lingkungan ini akan tetap ada.
Kenyamanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan yang ditawarkan oleh sepeda motor elektronik mengubah cara masyarakat Indonesia bepergian.
Lanskap kendaraan listrik lokal penuh dengan potensi, dan kebangkitan pemain e-motor menandakan masa depan yang lebih cerah dan bersih bagi mobilitas perkotaan di Indonesia.