bakabar.com, JAKARTA - David Beckham mengidap gangguan obsesif kompulsif atau OCD. Dia mengaku sering kelelahan karena kondisi tersebut, mengingat sang mantan pesepakbola rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk membersihkan rumah.
“Ketika semua orang di tempat tidur, saya malah berkeliling, membersihkan lilin, menyalakan lampu dengan pengaturan yang tepat, memastikan semuanya rapi,” ungkapnya kepada The Guardian, dikutip Senin (1/5).
Kondisi yang baru-baru ini diungkapkan Beckham bukanlah pengakuan yang kali pertama. Eks kapten sepak bola Inggris itu pernah menyampaikan hal serupa pada 2006 silam, sebagaimana dimuat dalam laporan Insider.
“Saya memiliki gangguan obsesif kompulsif di mana saya harus memiliki segalanya dalam garis lurus atau semuanya harus berpasangan," akunya saat itu. Beckham bahkan mengatakan bisa menghitung pakaian dan menempatkan majalah dalam garis lurus dengan pola simetris.
Beckham pun bukan satu-satunya pesohor kelas dunia yang diketahui mengidap OCD. Sebut saja Camila Cabello dan Lena Dunham, kedua entertainer AS yang juga mengalami gangguan obsesif kompulsif.
Lantas, sebenarnya apa itu OCD?
OCD sendiri merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang. Tindakan itu dilakukan untuk mengurangi kecemasan dalam pikiran orang tersebut.
Penderita OCD biasanya menyadari bahwa pikiran dan tindakannya berlebihan, tapi mereka tidak bisa melawannya. Karena itulah, gangguan ini bisa memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan pengidapnya.
Gangguan mental ini yang umum terjadi pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa di seluruh dunia. Sebagian besar diagnosis OCD terjadi pada usia 19 tahun, serta lebih rentan menyerang anak laki-laki ketimbang dengan anak perempuan.
Sayangnya, hingga saat ini penyebab pasti OCD belum diketahui. Namun, para ahli menduga ada sejumlah hal yang memicu gangguan tersebut, antara lain faktor genetik, perubahan pada senyawa kimia otak, dan pengaruh lingkungan.
OCD ditandai dengan gangguan pikiran yang menimbulkan kecemasan dan perilaku berulang kali untuk menghilangkan kecemasan tersebut. Sebagai contoh, penderita yang takut terkena penyakit, cenderung sering mencuci tangan atau membersihkan rumah.
Gejala OCD bisa datang dan pergi, mereda seiring berjalannya waktu, atau bahkan menjadi lebih buruk. Pengidap dapat mencegah munculnya gejala dengan menghindari kondisi yang berpotensi memicu munculnya obsesi.
Selain itu, bisa juga diatasi dengan pengobatan berupa terapi perilaku kognitif atau pemberian obat antidepresan. Meski belum ada cara pasti, gangguan OCD yang kian parah bisa dicegah dengan pemeriksaan dan penanganan lebih awal.