bakabar.com, JAKARTA - Relationship OCD adalah gangguan kesehatan mental berupa obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder).
Mereka yang mengalami gangguan ini akan menghadapi berbagi pikiran yang menghantui disertai perilaku kompulsif terkait hubungan dengan pasangannya.
Kondisi ini dapat menimbulkan pemikiran berulang yang berfokus pada keraguan dan ketakutan terhadap hubungan yang sedang dialami.
Orang tersebut akan selalu mempertanyakan apakah pasangannya benar-benar mencintainya atau berapa lama hubungan ini akan bertahan.
Baca Juga: Cek Bestie, Media Sosial Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental
Pola seperti itu dapat menimbulkan stres besar bagi orang yang mengalami gejala OCD. Namun juga dapat memberikan tekanan yang cukup besar pada hubungannya.
Dilansir dari VeryWellMind, Kamis (16/11), terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena OCD, antara lain:
- Pernah mengalami pelecehan
- Kehilangan orang yang dicintai
- Trauma yang membekas
- Perubahan kadar serotonin di otak
- Kesulitan dalam hubungan dekat
- Perubahan aktivitas di area otak tertentu
Terdapat dua jenis hubungan OCD yang dapat ditandai dengan mengalami gejala dari salah satu jenisnya.
Jenis pertama dari hubungan OCD adalah seseorang yang berfokus pada hubungan. Gejala yang dialami adalah berpusat pada hubungan itu sendiri.
Baca Juga: Kesehatan Mental Aman? Tidur Nyenyak Solusinya
Contohnya adalah ia akan bertanya-tanya "Apakah pasangan sata benar-benar mencintai saya".
Jenis yang kedua adalah berfokhs pada pasangan. Seseorang yang mengalami ini akan sibuk dengan pertanyaan untuk kekasihnya mengenai kepribadian, kecerdasan, karakteristik, dan lainnya.
Seseorang yang berada pada hubungan OCD akan terus menerus mencari suatu kepastian dari pasangannya hingga menimbulkan frustasi.
Mengikuti psikoterapi dan pengobatan dapat membantu mengelola dan mengobati gejala yang lagi dihadapi.