Hutan Dan Biodiversitas

Data Hutan dan Biodiversitas, Bagian Penting Pengelolaan Taman Nasional

Satwa liar endemis Indonesia  berjumlah masing-masing 270 jenis mamalia, 386 jenis burung, 328 jenis reptil dan 204 jenis amfibi.

Featured-Image
Training-Webinar SMART Patrol digelar secara hybrid (daring dan luring) pada Kamis (23/02). SMART memberikan paket lengkap untuk dapat digunakan dalam memperkuat pengelolaan data bodiversitas. Foto: Belantara Foundation

bakabar.com, JAKARTA - Satwa liar endemik Indonesia berjumlah masing-masing 270 jenis mamalia, 386 jenis burung, 328 jenis reptil dan 204 jenis amfibi.

Satwa liar memiliki peran ekologis penting di kawasan hutan, antara lain membantu penyebaran biji tanaman untuk regenerasi hutan, membantu proses penyerbukan bunga secara alami dan mempertahankan keseimbangan rantai makanan.

Dokumen Rencana Aksi dan Strategi Biodiversitas Indonesia 2015-2020 menjelaskan tentang keunikan geologi dan ekosistem Indonesia yang berdampak terhadap endemisitas satwa liar tinggi.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat Haidir mengatakan pengelolaan dan memperbarui data kondisi kawasan hutan dan biodiversitas merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan taman nasional.

Baca Juga: Dear Menteri PUPR, Tol IKN Jangan Terabas Koridor Terakhir Satwa Kaltim!

Dengan sistem monitoring dan basis data yang baik, dapat menjadi refleksi dan memberikan masukan dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan.

“Untuk melakukan pengelolaan data khususnya data hasil berbagai kegiatan di lapangan, saat ini telah dikembangkan sistem SMART yang relatif mudah untuk dipergunakan dan direkomendasikan sebagai salah satu skema dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi”, terang Haidir.

Senada, Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Titik Wurdiningsih mengungkapkan pihaknya berkomitmen untuk terus melakukan penguatan dan peningkatan sumber daya pada tingkat resort yang meliputi penguatan personil (terutama Polisi Kehutanan, Pengendali Ekosistem Hutan, dan Penyuluh Kehutanan) dan sarana pengelolaan.

Pada pelatihan 'Training-Webinar SMART Patrol' secara hybrid (daring dan luring) pada Kamis (23/02) Titik berharap pelatihan tersebut dapat memperkuat implementasi Resort Based Management (RBM) dalam sistem pengelolaan kawasan TNLL yang lebih efektif dan efisien.

Baca Juga: Pria di Bekasi Diamankan karena Jual Satwa Dilindungi ke Medsos

"Melalui manajemen data kawasan dengan peranan besar pada tingkat resort/tapak serta mendukung sistem informasi berjenjang pada struktur Balai Besar TNLL," ujar Titik.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna mengatakan Indonesia memiliki endemisitas jenis satwa liar tertinggi di dunia untuk kelas seperti burung, mamalia, reptil dan amfibi.

"Namun, keberadaan satwa liar tersebut di ekosistem tidak luput dari ancaman kepunahan. Ancaman terbesar keberadaan satwa liar di ekosistem disebabkan oleh hilangnya habitat," ujar Dolly 

Dolly yang juga Ketua LPPM Universitas Pakuan menyebutkan bahwa diperlukan kolaborasi para pihak mulai dari sektor pemerintah, universitas/akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan sektor swasta, serta pemangku kepentingan lainnya, dalam upaya perlindungan dan pemantauan biodiversitas yang menjadi kekayaan bumi Indonesia.

Baca Juga: KLHK Akui Multiusaha Kehutanan Berperan dalam Mitigasi Perubahan Iklim

"Metode Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART) hadir dan memberikan harapan baru bagi terlestarikannya keanekaragaman hayati yang ada di negara kita," terangnya.

Sementara itu, Ketua Forum HarimauKita  Erni Suyanti mengatakan SMART merupakan salah satu alat yang mudah dan murah digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan, dan analisa data biodiversitas.

Sebagai alat yang tidak berbayar (gratis), SMART memberikan paket lengkap untuk dapat digunakan dalam memperkuat pengelolaan data bodiversitas dengan baik.

"Semoga dengan adanya pelatihan SMART Patrol ini, semakin meningkatkan kesadaran akan pentingnya penggunaan data untuk menyusun perencanaan dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat sasaran dalam perlindungan dan pemantauan biodiversitas," pungkas Erni.

Editor
Komentar
Banner
Banner