bakabar.com, JEMBER - Sebanyak 1.030 dari kloter 55, 56 dan 57 akhirnya berangkat dari Pendopo Jember menuju Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Selasa (13/6).
Pemberangkatan calon jemaah haji di Kabupaten Jember, diwarnai dengan kemacetan hingga terlambatnya kedatangan jemaah haji di titik kumpul keberangkatan.
Rombongan kloter 55 dan 56 berangkat pada dini hari tadi sekitar pukul 01.00 WIB dan kloter 57 padi pagi ini sekitar pukul 05.00 WIB.
Kondisi ini tidak lepas dari antusiasme masyarakat yang ikut mengantar keluarga. Dari pantauan bakabar.com, salah satu kemacetan terparah terjadi di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU) Al - Multazam, Desa Cangkring, Kecamatan Jenggawah.
Baca Juga: Ingin Mengirim Pekerja ke Malaysia, Pelaku Perdagangan Orang Diringkus di Jember
Dari 9 titik keberangkatan di Jember malam itu, jumlah calon jemaah haji di KBIHU Al Multazam mencapai 255 orang, paling banyak dari semua titik.
Sejak magrib, kemacetan sudah mulai dirasakan di Jl Tempurejo menuju Pondok Pesantren Madinatul Ulum yang menjadi titik keberangkatan KBIHU Al Multazam. Puncaknya sekitar pukul 20.00 hingga 22.00 WIB.
Bisa dibayangkan bila pengantar satu jemaah haji dari pihak keluarga, masing-masing membawa rombongan naik mobil, ditambah sepeda motor. Jumlah itu dikalikan 255 jemaah haji.
Baca Juga: Ngenes! Dituduh Dukun Santet, Pria di Jember Pilih Tidur di Kantor Desa
Kemacetan juga diperparah dengan tidak dijaganya jalur alternatif untuk mengarahkan kendaraan logistik dan pengguna jalan umum.
"Ini tadi jemaah haji baru datang 30 persen saja, macetnya sudah 1 kilometer, baik dari arah barat dan timur," ujar warga sekaligus keluarga dari Pondok Pesantren Madinatul Ulum kepada bakabar.com, Senin malam (12/5).
Kemacetan yang Memancing Emosi
Antusias yang seolah sudah menjadi tradisi setiap tahun. Rombongan keluarga pengantar sebagian juga membawa tumpukan sound system. Kemacetan itu pun diwarnai dengan musik kencang yang bikin menambah tensi emosi.
"Itu malah jogetan, padahal macet kondisinya. Bahkan ada beberapa jemaah yang harus dibonceng naik motor untuk menerabas kemacetan," katanya.
Tahun ini Jember mendapatkan kuota jemaah calon haji sebanyak 2282 jemaah calon haji. Dari 1030 yang sudah berangkat, sisanya akan menyusul pada tanggal 16 Juni besok. Sedangkan kloter 67, 68 dan 69 harus masuk Asrama Haji Sukolilo pada tanggal 17 Juni 2023.
Baca Juga: Tega! Ibu di Jember Tikam Leher Anak Kandung Saat Tidur
Dari total semua calon jemaah haji, 50 persen lebih sudah berusia lanjut.
Dari pantauan bakabar.com, rombongan paling terakhir datang yakni rombongan dari Kecamatan Sukowono, Kecamatan Silo. Rombongan ini terjebak di kawasan kota Jember hingga akhirnya banting setir ke arah Tempurejo.
Sesampai sekitar 1 kilo hingga 800 meter sebelum sampai di Pondok Pesantren Madinatul Ulum, rombongan ini akhirnya harus menemui kemacetan lagi. Sepanjang Jl Tempurejo dekat titik keberangkatan merupakan area persawahan. Kendaraan yang terjebak macet tidak bisa parkir menepi.
Baca Juga: Dijual, 6 Pekerja Migran Asal Jember Terjebak di Kamboja
Ditambah sejumlah rombongan keluarga yang terjebak macet, justru menggelar tikar di atas aspal untuk menikmati makan bersama.
"Biasanya diurai dari Wonojati kalau arah barat. Dari Timur diurai di Curahrejo. Sekarang macetnya dari Cangkring satu kilo lebih. Barat sampai KUA," katanya.
"Mudah mudahan tahun depan, kerjasama kepolisian, panitia dan berbagai kalangan lebih kompak. Masak truk logistik juga masuk," ujarnya.
Tahun Ini Paling Amburadul
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Ulum, Lutfi Ahmad, mengakui bahwa selama ia ikut aktif memberangkatkan jemaah haji, tahun ini jadi yang paling amburadul.
"Rencana kan diberangkatkan 22.30 WIB, itu jadwal semula. Tapi karena ada kemacetan perjalanan yang dari Sukowono dan kota Jember," kata Lutfi kepada para jemaah.
"Pemberangkatan Jemaah Haji pun harus diundur sampai 45 menit. Baru tahun ini, merasakan keruwetan luar biasa," tambahnya.
Baca Juga: Petani Jember Demo Tolak Hari Tanpa Tembakau dan RUU Kesehatan
Keruwetan yang dimaksud, yakni banyaknya calon jemaah haji yang mengalami masalah administrasi, dari pengurusan paspor, biaya tambahan pelunasan haji hingga bertambahnya kuota dadakan.
Akibatnya, pihaknya harus berulangkali melakukan bimbingan manasik haji. Pihak panitia pun, kata Lutfi selama selama 3 hari 3 malam nyaris tidak ada istirahat, dari pagi hingga jelang subuh.
"Karena bimbingan sudah berlangsung 4-5 kali. Ada jemaah susulan lagi, sehingga harus diulang lagi. Karena ada peserta baru. Bahkan 3 hari lalu, itu pun masih ada," ujar Lutfi yang juga Ketua KBIHU Al Multazam ini.
"Agak amburadul berkaitan dengan proses bimbingan dengan manasik haji," tambahnya