Bukan Gangguan Mental
Daddy issues memang bukan masalah kesehatan mental, namun kondisi ini bisa memengaruhi pola pikir, sikap, karakter, dan perilaku seseorang. Beberapa sikap dan perilaku yang umumnya menandai kondisi ini, antara lain hanya tertarik pada orang yang lebih tua.
Ya, seseorang yang mengalami daddy issues cenderung tertarik menjalin hubungan romantis, baik pacaran atau menikah, dengan orang yang usianya lebih tua.
Hal ini karena mereka mendambakan kehadiran father figure alias sosok ayah yang bisa memberikan perhatian, kasih sayang, dan rasa aman, sebagaimana yang tidak mereka dapatkan semasa kecil.
Selain itu, orang yang mengalami daddy issues seringkali tak suka kesendirian, insecure, dan selalu merasa takut ditinggalkan pasangannya. Sebab, mereka cenderung sulit mempercayai orang lain, sehingga akan selalu menuntut kepastian, perhatian, dan kasih sayang.
Dalam hubungan romantis, hal ini tentunya tak sehat. Bahkan, orang yang mengalami daddy issues kemungkinan bakal terjebak dalam toxic relationship dengan pasangannya.
Daddy Issues Bisa Diatasi
Meski bukan gangguan mental, daddy issues ternyata dapat diatasi dengan berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Dengan konsultasi, masalah dan luka yang berkaitan dengan sosok ayah di masa lalu bisa segera teridentifikasi.
Setelah masalah tersebut teridentifikasi, barulah bisa dilakukan penanganan lewat terapi atau konsumsi obat-obatan tertentu. Sehingga, mereka yang mengalami daddy issues setidaknya bisa mengatasi gejala kecemasan yang kerap dirasakan.
Demikianlah pembahasan mengenai daddy issues, kondisi psikologis yang berkaitan dengan kehadiran sosok ayah semasa kecil. Pahitnya masa lalu memang tak bisa diubah, tetapi cara memandang diri dan masa depan masih bisa diubah. (Nurisma)