bakabar.com, JAKARTA – Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar daddy issues? Kawula muda seringkali memaknai istilah ini sebagai ketertarikan perempuan terhadap lelaki yang lebih tua, atau biasa disebut 'om-om'.
Daddy issues pun kerap digunakan untuk mendeskripsikan perempuan yang mempunyai pola perilaku rebel alias suka memberontak. Bahkan, menggambarkan preferensi kaum hawa yang suka mendapat perlakuan 'kasar' di ranjang.
Padahal, makna daddy issues yang sebenarnya tidak melulu berkonotasi seksual. Untuk mengenal istilah ini lebih lanjut, simak pembahasan berikut yang dirangkum dari berbagai sumber.
Kondisi Psikologis karena Keluarga Tak Harmonis
Daddy issues merupakan kondisi psikologis yang terjadi pada seseorang yang memiliki hubungan kurang harmonis dengan ayahnya. Kondisi ini juga bisa terjadi ketika seseorang sama sekali tak merasakan kehadiran sosok ayah dalam hidupnya.
Melansir jurnal Role of Father in Child Personality Development (2019), kehadiran sosok ayah berperan penting dalam perkembangan psikologis dan sosial anak. Sebab, pola ikatan antara ayah dan anak yang terbentuk sejak kecil bakal memengaruhi cara membangun hubungan dengan orang lain di masa depan.
Bila ikatan antara keduanya kurang baik, tak menutup kemungkinan sang anak berpotensi sulit mempercayai orang lain, ingin selalu mencari perhatian, dan haus kasih sayang. Mereka juga lebih berisiko terjebak dalam toxic relationship dengan pasangannya kelak.
Sementara itu, jika ditarik dari akar silsilahnya, Healthline melaporkan, daddy issues bermula dari istilah Father Complex yang diciptakan Sigmund Freud, psikoanalisis dari Austria. Istilah tersebut menggambarkan impuls dan asosiasi bawah sadar seseorang sebagai dampak hubungan buruk dengan ayah mereka.