Gangguan Makan Berlebih

Binge Eating Disorder (BED): Gangguan Makan Berlebih, Pemicu Obesitas

Binge eating disorder (BED) atau gangguan makan berlebih, berpengaruh besar pada kesehatan mental dan fisik seseorang.

Featured-Image
Binge Eating Disorder (BED). Foto: dok. emeraldislehealthandrecovery

bakabar.com, JAKARTA - Binge eating disorder (BED) atau gangguan makan berlebih berpengaruh besar pada kesehatan mental dan fisik seseorang. 

Gangguan makan jenis ini sudah dikatagorikan sebagai permasalahan yang resmi, dan mempengarungi hampir 2% orang di seluruh dunia. Angka ini dua kali lebih besar daripada kasus bulimia nervosa dan anoreksia.

Orang yang mengalami BED mungkin akan makan banyak dengan waktu yang singkat, bahkan jika tidak merasa lapar. Pemicunya adalah stress dan distress yang terjadi pada diri mereka.

Seseorang dengan gangguan makan ini merasa kesulitan mengendalikan dirinya untuk berhenti makan. Di sisi lain, orang dengan BED ini memiliki perasaan tidak bahagia, bahkan merasa tertekan akan bentuk tubuh dan berat badan.

Baca Juga: Kenali Hormon Bahagia dan Cara Aktivasinya, Demi Kesehatan Mental

"Mereka dengan gangguan BED ini diketahui makan lebih cepat daripada biasanya, dan beberapa kali makan secara diam-diam yang beujung dengan rasa bersalah," ujar  Kelly Allison, direktur Center for Weight and Eating Disorder, Universitas Pennsylvania, dilansir NY Times.

Beberapa penelitian menemukan orang dengan BED memiliki risiko lebih besar terhadap kesehatan, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2 dan kanker. Bahkan beberapa ditemukan permasalahan pada kesulitan tidur dan asma.

Penyebab Binge Eating Disorder

Dilansir Healthline, beberapa penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor dapat menjadi alasan mereka mengalami BED, seperti:

1. Gender, dilansir Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat, BED sering terjadi pada perempuan. Di Amerika Serikat 3,6% wanita mengalami BED semasa hidupnya. Sedangkan pria hanya 2,0%.
2. Body size, hampir 50% orang dengan BED mengalami obesitas, dan 25-50% pasien menginginkan operasi penurunan berat badan.
3. Penampilan tubuh, beberapa orang yang tak puas dengan tampilan tubuhnya dan memiliki ketidakpuasan pada program diet, justru mengonsumsi makanan berlebihan dan mengganggu kesehatan.

Baca Juga: 5 Manfaat Jalan Kaki, Bisa Jaga Kesehatan Fisik dan Kesehatan Mental

4. Trauma emosional, tekanan dalam hidup seperti pelecehan, kematian seseorang, berpisah dengan orang dicintai, mengalami kecelakaan merupakan faktor risiko trauma terjadi, dan menyebabkan mereka melampiaskan amarahnya ke makanan.
5. Kondisi psikologis, hampir 80% orang dengan BED setidaknya memiliki gangguan psikologis, seperti fobia, depresi, pascatrauma (PTSD), bipolar dan lainnya.

Beberapa kasus BED dapat dipicu oleh stress, diet, pemikiran negatif terhadap bentuk tubuh dan berat badan, rasa bosan dan bergelimang makanan.

Seseorang dengan BED disarankan untuk melakukan konsultasi dengan profesional untuk mendapatkan penanganan serius. Salah satu cara yang biasa ditempuh oleh para terapis adalah menggunakan terapi perilaku kognitif.  Berdasarkan hasil studi, biasanya terapi akan berhasil setelah satu tahun.

Seorang dengan BED disarankan untuk punya orang kepercayaan yang dapat mengontrol takaran makan mereka, juga untuk tempat mereka berbagi cerita. 

Editor


Komentar
Banner
Banner