Ekonomi Digital Indonesia

Bappeti Ungkap Potensi Ekonomi Digital Indonesia Tinggi

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti mengungkapkan potensi ekonomi digital di Indonesia cukup tinggi

Featured-Image
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi / Foto - Tangkapan Layar YouTube Bappebti.

bakabar.com, JAKARTA - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti mengungkapkan potensi ekonomi digital di Indonesia cukup tinggi. 

“Potensinya lebih tinggi daripada negara lain. Karena populasi Indonesia saja mencapai 227 juta jiwa," ucap Didid Noordiatmoko, Plt. Kepala Bappebti, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (04/02).

Baca Juga: Prediksi Ekonomi 2023 Tumbuh 5 Persen, Celios: Terlalu Optimis

Bedasarkan data Bappebti Gross Merchandise Value (GMV) pada sebesar US$ 70 miliar. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan GMV Thailand senilai US$ 30 miliar, Malaysia US$ 21 miliar, Vietnam US$ 21 miliar, dan Filipina US$ 17 miliar. Ia berharap hal ini dapat dimanfaatkan dengan secara baik di tahun 2023.

“Sekali lagi, ini adalah potensi yang bisa kita manfaatkan, tapi justru tantangannya bagaimana kita memanfaatkannya," kata Didid.

Menurutnya dari Google yang memproyeksikan potensi ekonomi digital Indonesia pada 2025 akan tumbuh mencapai US$ 146 miliar atau terbesar di Asia Tenggara. 

“Berdasarkan riset surveinya dari 2021 hingga 2022 total populasi Indonesia 277 juta jiwa, 72,02% menggunakan internet. Kemudian 89,03% dari total populasi Indonesia telah mengakses internet menggunakan gadget,” papar Didid.

Didid menjelaskan negara Indonesia kecepetan internetnya lebih rendah di antara negara lain karena memiliki kekuatan hanya 34,5 Mbps dari Negara Asean lainnya. Di mana dari angka tersebut lebih rendah dari Filipina 103,3 Mbps, Malaysia 134,4 Mbps, Thailand 254,1 Mbps, dan Singapura 295,0 Mbps.

Baca Juga: Menkeu: Pungutan Pajak dari Pasar Kripto Capai Ratusan Miliar

Ia menyarankan untuk pihak pemerintah perlu memperluas jaringan di ekonomi digital demi menciptakan pengembangan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

“Untuk menghadapi tantangan kita perlu dalam memperbaiki ekosistem digital negara kita di Indonesia itu hal paling utama,” tutur Didid.

Foto : Tangkapan Layar YouTube
Bappeti Info / Foto - Tangkapan Layar YouTube 

Dia menyatakan bahwa perdagangan aset kripto dapat menjadi salah satu strategi pemerintah dalam mendorong upaya pengembangan ekonomi.

Baca Juga: Makin Ketat, Kini Data Akun Kripto Terhubung dengan Dukcapil

"Perdagangan aset kripto dapat mempercepat, menciptakan dan mendorong upaya pengembangan ekonomi digital Indonesia pada 2030 mendatang," kata Didid. 

Sementara itu, berdasarkan data yang Didid paparkan pada hasil riset Center of Economics and Law Studies (Celios) ada tiga produk investasi utama yang dimiliki oleh mayoritas responden.

Tiga produk investasi itu adalah aset kripto sebesar 21,1%, saham 21,7% dan reksadana 29,8% dengan rata-rata penempatan dana Rp500 ribu sampai Rp1 juta rupiah.

Editor


Komentar
Banner
Banner