bakabar.com, JAKARTA - Film Barbie yang tampil ceria tenyata menyelipkan tema yang berat. Di beberapa adegan Barbie menunjukkan kecemasaannya pada kematian.
Rasa takut atau pikiran negatif tentang kematian mungkin dialami banyak orang. Dan Barbie mewakili itu. Di beberapa adegan ia mempertanyakan tentang kematian.
Rachel Menzies, psikolog, peneliti kecemasan kematian terkemuka dan Direktur Menzies Anxiety Centre yang berbasis di Sydney, Australia, mengatakan sebenarnya rasa takut akan kematian disebut thanatophobia.
Tapi dalam beberapa kondisi, rasa takut ini berkembang hingga menjadi pikiran yang terus mengganggu dan mengikuti, hingga menimbulkan "death anxiety" atau kecemasan akan kematian.
Baca Juga: Ruth Handler, Sosok di Balik Boneka Barbie yang Terus Bertransformasi
Apakah Death Anxiety adalah Gangguan Kesehatan Mental?
“Ada banyak istilah yang digunakan orang untuk berbicara tentang ketakutan ini, dan sering digunakan secara bergantian. Saat ini tidak ada diagnosis formal untuk kecemasan kematian, meskipun beberapa orang menganggapnya sebagai jenis fobia spesifik,” ujar Rachel Menzie seperti dkutip dari Yahoo.com, Sabtu (29/7).
Menzie menjelaskan, death anxiety atau kecemasan pada kematian adalah mengacu pada perasaan negatif apa pun yang mungkin dimiliki orang tentang kematian atau sekarat. Ini bisa termasuk perasaan takut, berdebar atau sedih. Menurutnya, memikirkan kematian adalah hal yang sangat normal, termasuk cemas memikirkan bagaimana seseorang akan berakhir hidupnya. Banyak orang yang juga takut berpikir tentang sakratul maut, sehingga menimbulkan kecemasan yang intens.
“Namun, Anda dapat menganggap kecemasan kematian sebagai bagian normal dan universal dari manusia, karena kita semua harus bergulat dengan kesadaran kita akan kematian dan ketidaknyamanan yang menyertainya. Ketika kecemasan menjadi lebih parah, ini adalah saat yang sangat penting untuk mencari bantuan,” ujar Rachel Menzie menjelaskan.
Menzie menekan bahwa karena ini dirasakan oleh banyak orang, maka bisa saja kita semua mendapat manfaat dari menghadapi bahwa kita tidak abadi dan kematian adalah hal yang normal.
Baca Juga: Mengenal Slow Living, Hidup Penuh Ketenangan untuk Kesehatan Mental
Psikolog ini juga memuji film Barbie yang menurutnya mampu memberikan gambaran yang sangat baik dalam menggambarkan dan menormalkan kematian.
"Banyak pasien yang saya ajak bicara mengatakan mereka bisa menerima dialog-dialog tersebut," ujarnya.
Bisa Jadi Pedang Bermata Dua
Psikolog David Rosmarin, pendiri Center for Anxiety di New York dan Boston dan asisten profesor Harvard Medical School menyampaikan hal positifnya tentang death anxiety. Menurutnya, rasa cemas akan kematian jika bisa dikelola dengan baik bisa berdampak positif.
"Di satu sisi, itu adalah hal yang baik, karena kematian tidak dapat dihindari, dan menyadari kefanaan kita dapat memiliki efek positif: Itu dapat membuat kita lebih rendah hati, dapat membuat kita berpikir dua kali sebelum melakukan hal-hal tertentu, dapat membuat kita lebih hati-hati, itu bisa membuat kita berpikir tentang masalah makna dan tujuan yang lebih besar dan mengapa kita ada di sini," katanya kepada Yahoo Life.
"Jadi, itu pedang bermata dua," ujarnya menegaskan.
Kapan Kecemasan akan Kematian Jadi Masalah?
Elaine Eshbaugh, profesor gerontologi di University of Northern Iowa yang telah meneliti kecemasan kematian. Menurutnya kecemasan pada kematian bisa menjadi masalah ketika kondisi itu sudah invasif dan mengganggu kehidupan normal, bahkan mengganggu kualitas hidup seseorang.
Tanda bahaya lainnya adalah jika hal itu memengaruhi hubungan atau kehidupan kerja.
Baca Juga: Rekomendasi 4 Film dengan Tema Kesehatan Mental
Penjelasan Elaine juga senada dengan Menzies. Menurut Menzies, jika orang menemukan bahwa mereka secara rutin terganggu oleh pikiran tentang kematian mereka sendiri atau orang lain, atau hal itu memengaruhi suasana hati mereka, atau memimpin. untuk mengatasi perilaku yang tidak membantu, itu sudah menjadi tanda bahwa orang tersebut perlu mendapatkan konsultasi profesional.
Namun menurut Rosmarin, kecemasan berlebihan pada kematian hingga memerlukan pengobatan sangat jarang terjadi. Ia mengatakan, dari sekitar 1000 pasien yang ia tangani setiap tahun, nyaris tak ada yang mengalami gangguan kecemasan akan kematian.
Rosmarin mengatakan, thanatophobia masuk dalam kecemasan yang langka, berbeda dengan ketakutan pada ular, ketinggian, pesawat.