Apahabar.com, MAGELANG - Pelestarian Candi Borobudur harus menjadikan warga sebagai bagian integral dari narasi pelestarian. Sebab, pelestarian candi tak melulu hanya masalah fisiknya saja.
"Keterilibatan masyarakat sekitar dalam pelestarian Candi Borobudur kunci untuk memastikan keberlanjutan dan keberadaan yang lestari," kata Subkoordinator Warisan Dunia Borobudur dan Cagar Budaya (MCB) Wiwit Kasiyati di Magelang, Selasa, (24/10).
Ia menilai, hal tersebut penting sebab wujud nyata pelestarian candi tak melulu soal hanya fisiknya saja.
Bincang tentang pelestarian Candi Borobudur tersebut dibahas bersama para pakar dari lintas ilmu, seperti ahli konservasi, ahli batu dan Dewan Internasional untuk Monumen dan Situs (ICOMOS).
Tokoh yang dilibatkan pada diskusi tersebut tak haya berasal dari Indonesia, tetapi juga Thailand, Italia, dan Jepang.
Para peserta pelesrian candi itu bertemu dalam forum '8th International Experts Meetings on Borobudur' di Grand Artos Hotel and Convention Magelang pada 23-27 Oktober 2023.
Baca Juga: Tari Kinnara Kinnari, Karya Seni yang diadaptasi dari Relief Candi Borobudur
Hal senada juga disampaikan Direktur Perlindungan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Judi Wahjudin.
"Pelestarian Candi Borobudur juha membutuhkan pendekatan multidimensi dengan lintas disiplin ilmu menjadi krusial.
Lebih lanjut, wiwit menuturkan, pertemuan tersebut tak cuma melibatkan para arkeolog, tetapi ahli lingkungan, insinyur struktural dan pakar konservasi,
"Pertemuan ini juga banyak melibartkan disiplin ilmu lain harus bekerja sama menggali wawasan dari berbagai perspektif untuk solusi menyeluruh," katanya.
Wiwit menilai, sinergi antar disiplin ilmu diperlukan untuk menciptakan strategi konservasi yang lebih holistik, mencakup aspek fisik, bangunan, dampak lingkungan, dinamika sosial dan faktor lainnya.
Ia mencontohkan teknologi modern dari ilmu rekayasa bisa dipadukan dengan metode tradisional dan wawasan ekologis.
"Cara tersebut dilakukan guna menghasilkan solusi konservasi yang inovatif dan berkelanjutan," imbuhnya.
Ia mengatakan dampak sosio kultural pelestarian Candi Borobudur juga berkaitan dengan berbagai hal.
Adapun keterkaitan sosio kultural dengan masyarakat Borobudur yakni model pemanfaatan, kunjungan berlebihan dapat berdampak negatif terhadap struktur fisik dan nilai estetika candi.
Oleh karena itu, perlu keseimbangan antara kunjungan fisik dan pemanfaatan lain yang tidak menimbulkan dampak distruktif.
"Hal tersebut berkesinambungan berkaitan dengan pendekatan investasi secara holistik.
Baca Juga: Keliling Candi Borobudur Naik VW Antik, Serasa Kembali ke Masa Silam
Selain rapat, acara juga dimeriahkan pasar rakyat dan pagelaran seni 3 hari berturut-turut.
Arkeolog Museum Cagar Budaya Borobudur (MCB), Winda Diah Puspita Rini menuturkan, acara tersebut penting untuk mengenalkan sekaligus mengajak masyarakat sekitar Borobudur untuk mengenal seni dan budaya asli dari leluhur.
"Oleh karenanya, ditampilkan tarian-tarian dari relief, legenda masyarakat sekitar, dan menariknya lagi banyak anak-anak yang juga dilibatkan," tuturnya.
Terlebih, Winda menilai, tidak mudah mengenalkan relief Candi Borobudur dan isinya kepada masyarakat.
"Maka, seni menjadi terobosan terbaik yang mudah diterima semua kalangan," pungkasnya.