Tantangan Kasus Stunting

5 Jurus Jitu Kemenkes Cegah Stunting di Indonesia

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin  mengungkapkan persoalan stunting merupakan masalah laten. Karena itu, pihaknya saat ini secara masif melakukan sosialisas

Featured-Image
Makanan Tambahan Balita. Foto: dok Kemenkes

bakabar.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin  mengungkapkan persoalan stunting merupakan masalah laten. Karena itu, pihaknya saat ini secara masif melakukan sosialisasi untuk mencegah terjadinya kasus stunting di setiap daerah.

“Kami punya lima strategi untuk mengatasi stunting, karena problematika stunting itu adalah permasalahan kekurangan gizi atau terkena infeksi terus menerus, sehingga nutrisi yang didapat itu lebih banyak yang keluar,” tuturnya pada Kamis (9/2). 

Ia menjelaskan, ke-lima strategi ini diharapkan bisa menurunkan angka stunting yang ditargetkan menjadi 14% pada RPJMD 2022-2024. Pertama yakni pemberian vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) pada bayi. 

Baca Juga: Menteri Kesehatan Ibaratkan Stunting dengan Kanker: Susah Sekali Diperbaiki

Pemberian imunisasi PCV sangat penting bagi anak-anak, untuk menghindari pneumonia, yang merupakan penyakit infeksi. Karena sifatnya yang sangat endemis, pneumonia menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan balita di dunia.

Di Indonesia, kata Budi, sekitar 14,5 persen terjadi kematian pada bayi dan 5 persen terjadi kematian pada balita setiap tahunnya disebabkan karena pneumonia.

Kedua, pemantauan gizi yang dilakukan pada tiap fasilitas kesehatan juga hadir. Ia berpendapat jika pemerhatian gizi pada ibu hamil juga jadi prioritas agar stunting bisa dicegah.

“Jangan sampai anak dan anaknya ini kekurangan gizi, sejak bayinya terbentuk sejak seribu hari pertama kehidupan. mesti diperhatikan stunting itu seribu hari ini,” ungkapnya.

Baca Juga: Soal Stunting, Aktivis: Problem Kemiskinan Spiral Jadi Faktor Utama

“Jadi ibunya jangan sampai kurang gizi dan tidak anemia. makannya harus cukup,” imbuh Sadikin. 

Ketiga, ibu perlu memastikan asupan gizi bayi selama enam sampai delapan bulan dengan memberikan ASI eksklusif. Setelah di atas usia enam sampai delapan bulan asupan gizi perlu ditambah dengan memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) yang bernutrisi.

Adapun yang keempat, selain memberikan asupan gizi melalui ASI dan MPASI, perlu dilakukan pemantauan dan melakukan pencatatan berat badan anak secara rutin. Jika dalam dua kali periksa berat badan masih turun, maka sebaiknya orang tua, wajib membawa anaknya ke pusat kesehatan setempat seperti puskesmas.

Lebih lanjut ia menjelaskan, jika sosialisasi kebutuhan pangan yang baik, dan cara olah protein hewani, juga dilakukan secara berkala.

Baca Juga: Cegah Stunting pada Anak, BKKBN Ingatkan Peran Penting Orangtua

“Pada saat bayinya sudah cukup, asi saja tidak cukup, harus ditambah, protein hewani. Karena itu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi bisa telur, susu, ikan, ayam dan daging,” terang dia. 

"Terakhir kelima, perlu menjaga kebersihan lingkungan," imbuhnya.

Ia berharap jika urutan ini dikerjakan secara kolektif, maka permasalahan stunting dapat diselesaikan. Karena itu, ia berharap agar masyarakat dan sektor lain dapat mengambil peran dalam menuntaskan persoalan stunting.

Editor


Komentar
Banner
Banner