Tantangan Kasus Stunting

Menteri Kesehatan Ibaratkan Stunting dengan Kanker: Susah Sekali Diperbaiki

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, menjelaskan, persoalan stunting adalah permasalahan kekurangan gizi yang sudah akut.

Featured-Image
Menteri Kesehatan RI, saat beri paparan pada sosialisasi percepat penurunan stunting, Kamis (9/2).

bakabar.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan persoalan stunting adalah permasalahan kekurangan gizi yang sudah akut. Ia mengkomparasikan stunting dengan kanker.

“Stunting itu sebenarnya susah sekali untuk diperbaiki, karena misalkan kalau kanker ini sudah stadium empat, jadi stunting itu ada tahapannya,” tutur Sadikin, pada Talk Show bertajuk Protein Hewani Cegah Stunting: Isi Piringku, Alihkan Belanja Rokokmu, pada Kamis (9/2).

Sadikin menjelaskan permasalahan stunting memiliki beberapa tahap. Salah satunya terjadinya penurunan berat badan secara drastis jadi salah satu tanda yang wajib untuk dicurigai. Memantau kondisi gizi sejak seribu hari kehidupan pertama bayi.

“Itulah kenapa sosialisasi tentang pengolahan bahan makanan penting dilakukan," katanya. 

Baca Juga: Soal Stunting, Aktivis: Problem Kemiskinan Spiral Jadi Faktor Utama

“Kalau timbangan berat badan anak turun, anak akan mengalami gizi buruk. Jika dalam dua kali masa timbang masih turun. Kemudian barulah stunting. Kalau sudah stunting, sudah terlambat,” imbuh Sadikin. 

Lebih lanjut, Sadikin menyebutkan, jika bayi yang stunting sulit diperbaiki. Sebab, proses penanganannya membutuhkan biaya mahal. Karena itu diperlukan kebutuhan pangan khusus.

“Harus dipantau langsung dengan dokter spesialis anak, sedangkan di RSUD-RSUD belum banyak spesialis anak,” ujar Budi.

Sementara itu, untuk menekan angka stunting di Indonesia, ia yakin jika sosialisasi atau penerusan informasi tentang kebutuhan gizi anak dan ibu hamil, penting dilakukan.

Baca Juga: Cegah Stunting pada Anak, BKKBN Ingatkan Peran Penting Orangtua

Baca Juga: Stunting Mengancam Anak dari Berbagai Level Ekonomi

“Indonesia punya banyak sekali sumber pangan, utamanya protein hewani, masyarakat kita tahu bahwa telur itu penting bagi tubuh, tapi bagaimana cara mengolahnya, ini juga perlu diperhatikan,” kata Sadikin. 

Lebih lanjut, berdasarkan catatan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun 2021. Kini, penurunan angka stunting di Indonesia akan ditargetkan mencapai 14 persen pada tahun 2023.

Editor


Komentar
Banner
Banner