bakabar.com, KOTABARU – Suhu politik di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kotabaru mulai mencair.
Siang tadi, Rabu (13/11), petahana Sayed Jafar menyambangi kantor DPC PAN Kotabaru.
Kunjungan bupati Kotabaru itu disambut hangat pemegang komando PAN Kotabaru, HM Iqbal Yudian Noor, yang tak lain bekas rivalnya di Pilbup 2015 lalu.
Kala itu, Sayed Jafar yang maju bersama Burhanudin menang tipis atas Iqbal. Maka tak heran, Iqbal menggugat hasil Pilkada itu ke Mahkamah Agung.
Isu keduanya bakal ‘main mata’ untuk berkongsi di Pilkada nanti pun mencuat. Namun kepada bakabar.com, Iqbal menjawab santai adanya kemungkinan tersebut.
“Ya. beliau daftar ke tim penjaringan tadi pagi. Saya dan kawan-kawan juga menyambut kedatangan beliau di PAN,” ujar Iqbal.
Ditanya soal kesiapan berkoalisi, dan sinyal untuk berpasangan dengan Sayed Jafar, lagi-lagi Iqbal bergeming.
“Yah, yang namanya politik kan apa yang tidak mungkin. Kalau soal diminta untuk mendampingi Sayed Jafar kita lihat gimana nanti. Saya akan koordinasi dulu dengan DPW dan militan PAN di Kotabaru,” pungkas pria yang baru dilantik sebagai anggota DPRD Provinsi itu.
Sayed Jafar telah mantap maju kembali di kontestasi orang nomor satu di Kotabaru tahun depan. Namun, isyarat pecah kongsi dengan Wakil Bupati Burhanuddin menguat.
"Kita lihat saja nanti siapa yang mendampingi saya. Yang jelas, bukan yang dulu mendampingi saya. Bisa jadi yang muda, dan siap untuk membangun. Intinya jangan yang selalu mementingkan urusan pribadi semata," tandas Sayed Jafar, belum lama ini.
Roni Safriansyah, akademisi, menilai mencairnya peta politik di Kotabaru tak terlepas dari kebutuhan Golkar, partai politik pengusung Sayed.
“Karena Golkar hanya 5 kursi, perlu tambahan untuk maju. Kalau ditambah PAN 3 kursi cukup untuk maju,” jelas dia dihubungi bakabar.com.
Kedua, menurut Roni, baik Sayed dan Iqbal sama-sama menjabat ketua DPC, figur yang memiliki pengaruh di partai.
Sayed, kata Roni, tentu memerlukan dukungan dari calon wakil yang tak hanya finansial, namun juga memiliki elektabilitas.
Melihat hasil survei terakhir, kata dia, keduanya sama-sama berada di 5 besar figur dengan elektabilitas tertinggi.
Keuntungan lainnya, pengaruh politik dinasti Sjahrani Mataja, mantan bupati Kotabaru dua priode akan mendongkrak suara pasangan ini.
“Nah, pertanyaan besarnya, maukah Iqbal hanya menjadi posisi wabup? Yang kedua, konsekuensinya juga Iqbal harus mundur dari DPRD Provinsi yg baru dilantik 9 bulan pada Juni 2020 nanti,” ujar Roni.
Baca Juga: Tak Cuma Petahana, Akademisi Juga Nyalon di Pilbup Kotabaru
Baca Juga: Bupati Kotabaru Ungkap Sosok Pendampingnya di Pilbup 2020
Baca Juga: Pilwali Banjarbaru: Kembalikan Berkas, PKS Istimewakan Ovie-Iwan
Baca Juga: Partai Gelora Hadir, Riswandi: Tak Berniat Gembosi PKS
Reporter: Ahc20
Editor: Fariz Fadhillah