bakabar.com, JAKARTA - Penyelenggaraan Pemilu 2019 pada April mendatang, merupakan ajang kali pertama pengabungan sekaligus secara bersama Pilpres dan Pileg.
Lantas partai-partai politik (parpol) dihadapkan pada tantangan bagaimana melakukan kampanye Pileg sekaligus mengkampanyekan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres).
Dilansir dari Republika.co.id, faktor representasi figur parpol dalam pasangan calon (paslon) dan perbedaan di tiap-tiap wilayah mempengaruhi pola kampanye pemilu serentak.
Survei yang dilakukan oleh Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan jika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendapat kenaikan elektabilitas dengan mengampanyekan Jokowi-Ma'ruf.
“PDIP secara konsisten mengalami kenaikan, dari sebesar 23,1 persen pada Desember 2018 menjadi 25,7 persen di Januari 2019 dan terbaru 26,2 persen,” kata Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (14/2/2019).
Vivin mengatakan, begitu pula dengan PSI yang naik dari 1,2 persen pada Desember 2018 menjadi 2,3 persen di Januari 2019 dan terbaru 2,8 persen. Menurut Vivin, hal ini menunjukkan jika PDIP dan PSI paling memiliki loyalitas dalam memenangkan paslon Jokowi-Ma'ruf.
Dia mengatakan, sosok Jokowi yang merepresentasikan PDIP merupakan faktor kuat bagi calon-calon anggota legislatif (caleg) dalam kampanye di daerah pemilihan (dapil).
Vivin melanjutkan, mereka dapat berkampanye tanpa perlu memperhitungkan apakah Jokowi-Ma'ruf kuat atau tidak di dapil tersebut.
Baca Juga: Survei Internal, Prabowo-Sandi Unggul Tipis
Sementara, Vivin mengatakan, meski tidak terepresentasikan dalam figur paslon, PSI tampak menonjol dalam membela Jokowi-Ma'ruf. Dia meneruskan, PSI juga kerap melancarkan kritik terhadap Prabowo-Sandi. PSI, dia mengatakan, sangat agresif menyerang kampanye Prabowo-Sandi sampai-sampai memberikan ‘Kebohongan Award’.
Kemudian, di lain pihak, loyalitas parpol kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hanya didominasi oleh Gerindra. Hasil riset menunjukan kenaikan elektabilitas Gerindra dari 12,3 persen pada Desember 2018 menjadi 14,7 persen di Januari 2019 dan terbaru 15,3 persen.
Vivin berpendapat, hal itu tidak mengherankan mengingat representasi paslon semua diambil oleh Gerindra.
“Dampaknya kelihatan ketika pengurus daerah parpol-parpol koalisi pendukung kubu 02 banyak yang memilih berseberangan dengan menyatakan dukungan terhadap paslon 01,” ujarnya.
Sementara, survei indEX Research dilakukan pada 20 hingga 31 Januari 2019, dengan jumlah responden 1200 orang. Metode survei adalah multistage random sampling denganmargin of errorkurang lebih 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Mengacu pada survei tersebut, PDIP dan Gerindra masih bercokol di urutan teratas partai dengan elektabilitas tertinggi.
Kemudian, diikuti oleh Golkar dengan 9,5 persen, PKB 7,4 persen, Demokrat 4,8 persen dan PPP 33,4 persen. Sementara lima partai dengan tingkat keterpilihan terendah adalah Garuda 0,3 persen, PKPI 0,5 persen, Berkarya 0,9 persen, PBB 0,9 persen dan Hanura 1 persen.
Baca Juga: Megawati Sebut Jateng Kandang Banteng!
Editor: Aprianoor