bakabar.com, JAKARTA - Tinggal selama kurang lebih tiga bulan di tenda, warga Kampung Bayam banyak mengidap penyakit terutama diderita anak-anak.
Hal tersebut dilakukan beberapa warga Kampung Bayam tinggal di tenda untuk menagih janji Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar memberikan tempat tinggal di Kampung Susun Bayam di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Salah seorang warga, Astuti (38) mengatakan dirinya sudah merasa tidak nyaman tinggal di tenda terbuat dari terpal dan bambu tepat di depan gerbang Kampung Susun Bayam. Ia menyebut selama tinggal di tenda dia dan lima kepala keluarga lainnya sering diterpa penyakit.
Baca Juga: Mengurai Kemacetan Jakarta, 'PR' yang Belum Selesai
"Banyak anak kecil yang sakit. Ini saya lagi masuk angin. Sakit rakyat miskin cuman masuk angin. Karena polusi udara, panas becek," ujar Astuti saat ditemui bakabar.com, Selasa (21/2).
Untuk mandi dan aktifitas menggunakan air, Astuti juga harus mengambil air dari sumur milik PT KAI. Namun tak jarang, air yang diambil di sumur tersebut berkualitas keruh dan berbau lumpur.
"Kita dari sumur PT KAI itu juga airnya kumuh engga ada beningnya. Kalau untuk minum air galon harga Rp5.000, sesegalonnya," kata Astuti.
Baca Juga: Mengurai Kemacetan Jakarta, 'PR' yang Belum Selesai
Sementara warga lainnya Suhandi (66) bersama 20 warga dari lima Kepala Keluarga (KK) eks Kampung Bayam lainya sudah tiga bulan lebih bertahan di tenda.
"Sudah tiga bulan setengah bertahan di sini. Alasan bertahan di sini kan kita nggak bisa pindah ke sana (Kampung Susun Bayam). SK sudah ada, nomor sudah ada, blok sudah ada, tapi kenapa kita nggak bisa menempati gitu kan," jelasnya.
Menempati tenda jauh dari kata layak, Suhandi harus menahan dinginnya angin malam hingga sering kehujanan karena terpal yang mudah bocor.