bakabar.com, JAKARTA – Terik Jakarta tidak membuat sebagian warga keturunan Tionghoa surut semangat melakukan kegiatanperibadatan, seperti yang tampak di Klenteng di Jl Casablanca, Setiabudi, Jakarta Pusat.
Vihara Amurva Bhumi, itulah nama yang digunakan oleh warga Indonesia keturunan Tionghoa untuk tempat peribadatannya. Lambang Yin-Yang terlihat jelas di gapura vihara tersebut sebagai lambang yang memiliki arti kebaikan dan keburukan.
Vihara Amurva Bhumi merupakan Klenteng Tri Dharma yang menyediakan altar peribadatan untuk tiga agama, yakni Buddha, Konghucu, dan Tao.
Dengan adanya tahun baru Imlek 2023 ini, vihara Amurva Bhumi selalu mengadakan pertunjukan Seni Barongsai untuk menyambut pergantian Tahun Baru Cina.
“Semalam ada pertunjukan Barongsai aja, karena tahun barunya itu kan hari Minggu kemarin,” ujar Kucel selaku pengurus di Vihara tersebut, Senin (23/1).
Selain seni pertunjukan Barongsai, Vihara Amurva Bhumi juga menyalakan lilin raksasa. Kucel menceritakan lilin-lilin tersebut memiliki filosofi tentang setitik cahaya yang dapat menerangi kehidupan di tahun baru imlek ini.
“Itu (lilin) ada filosofinya, artinya untuk menerangi kehidupan di tahun baru ini,” lanjutnya kepada bakabar.com.
Menjadi salah satu vihara tertua di Jakarta, Vihara Amurva Bhumi ternyata sudah dibangun sejak zaman Belanda. Menurut dokumen-dokumen sejarah yang disimpan di kantor pengurus, tempat peribadatan ini memang sudah ada sejak zaman kolonialisme.
“Sudah ada sejak zaman Belanda, kalau tahunnya saya kurang tau karena memang tidak ada yang tahu kaoan tepatnya. Hanya zaman Belanda saja,” pungkasnya.