Ratusan lensa kamera dan puluhan media massa sibuk menyoroti Sungai Tabuk, Banjar, saat pergelaran Festival Pasar Terapung di Lok Baintan, pagi tadi. Tak sedikit pun menyurutkan suara Noor Latifah untuk menjajakan barang dagangannya.
bakabar.com, Banjarmasin
Festival Pasar Terapung sukses mengulang kehidupan masyarakat tempo dulu yang hanya menggunakan akses sungai sebagai moda transportasi, termasuk dalam kegiatan jual-beli barang.
Bupati Kabupaten Banjar, Khalilurrahman berharap semua masyarakat mendukung budaya langka ini dapat terus eksis walau tergerus perubahan zaman.
Di lain sisi, Latifah berdiri di atas perahu berukuran 6×1 meter. Dia tak mau kalah bersaing, menawarkan dagangan, seperti mayoritas pedagang yang lain lakukan demi menggaet pembeli.
Di sana beragam buah-buahan dan sayur mayur ia jajakan, persisnya di dermaga Sungai Pinang Baru, Minggu (2/12) pagi. Ribuan pengunjung menyemuti dermaga, bahkan sampai jembatan di Jalan Gubernur Sarkawi.
Berbedak tipis tak merata, Latifah menjalin komunikasi kepada tiap pelanggan yang menghampirinya. Latifah mesti menghabiskan dagangannya sebelum dibawa pulang kembali ke rumah.
Tubuh gempalnya dibalut daster hijau dan gerudung abu-abu. Ia tampak tua. Padahal usianya baru 28 tahun. Kerutan di wajah adalah gangguan bagi setiap perempuan, namun tidak bagi dia.
Kala jualan ia tak sendiri. Ahmad Bakri, sang anak setia menemani. Usianya baru 10 tahun. Ia duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lok Baintan Dalam.
Latifah berujar, lebih 5 tahun berdagang di pasar terapung Lok Baintan tak banyak yang bisa ia hasilkan. Pekerjaan tersebut ia geluti itu karena terpaksa. Minimnya lapangan pekerjaan menjadi alasannya.
Latifah hanya tamatan Sekolah Dasar (SD). Ibunya, dulu hanya seorang buruh petani yang pekerjaannya menggarap lahan orang lain. Kenyataan itulah yang membawanya banting tulang membantu perekonomian keluarganya.
Tatkala suara azan subuh bergema di telinga, ditemani kokok ayam jantan, Latifah sudah bergegas mendayung perahunya guna memperoleh secuil rezeki. Beruntung, jarak tempuh menggunakan perahu hanya sekitar satu kilometer.
Bukan hanya buah dan sayur, Latifah juga tak jarang menjual berbagai macam jenis ikan yang diperoleh suaminya di sawah seperti ikan gabus dan sepat. Hanya dengan cara itu, ia bisa memperoleh barang dagangan.
Untuk membeli kepada distributor, rasanya tak mungkin. Ia merasa belum mampu. Modal yang dikeluarkan besar.
Latifah mengaku, keuntungan dalam penjualan sampai saat masih bersifat fluktuatif. Sehari terkadang mendapatkan keuntungan Rp50 ribu itu sudah baik. Bahkan, pernah tidak laku sama sekali.
“Itulah yang nama berdagang, untung rugi kita tidak tau,” pungkasnya.
Di acara Festival Pasar Terapung Lok Baintan 2018, Latifah berharap Pemerintah Kabupaten Banjar agar mengambil langkah strategis: memindahkan pasar terapung ke di Desa Lokbaintan ke Desa Sungai Pinang Baru.
Kebijakan yang berpihak kepada para pedagang pasar terapung di Lok Baintan dibutuhkanya oleh mereka.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjar, Haris Rifani mengungkapkan, pemerintah tengah memprogramkan pemindahan pasar terapung.
Masalahnya kini cuma satu yakni akses dermaga. Pembenahan infrastruktur mesti dilakukan guna memudahkan pembeli berinteraksi dengan pedagang pasar terapung.
Pemkab Banjar juga berencana memindah lokasi pasar terapung yang berada di desa Lok Bintang ke desa Sungai Pinang Baru yang berjarak 4 kilometer ke arah hilir.
Latifah mengaku mendukung penuh pengoptimalan destinasi wisata Pasar Terapung Lok Baintan itu.
Reporter: M.Robby
Editor: Fariz F