Skandal Adani Group

Unit Bisnis Adani Ada di Indonesia, BEI Pantau 'Saham Gorengan'

Pasar saham kini semakin waspada, pasca-skandal goreng-menggoreng saham Adani Group terkuak ke publik.

Featured-Image
Krisis yang melanda Adani Group terus memanas. Pada Senin (6/2), ratusan anggota partai oposisi India turun ke jalan dan mendesak penyelidikan atas tuduhan pelaku transaksi short selling asal AS terhadap konglomerat Adani Group yang memicu kekalahan pasarnya. Foto: net/Ist

bakabar.com, JAKARTA - Pasar saham kini semakin waspada, pasca-skandal goreng-menggoreng saham Adani Group terkuak ke publik. Meskipun letaknya jauh di India, pengaruhnya bukan tidak mungkin akan terjadi di Indonesia.

Itu sebabnya, Presiden Joko Widodo bereaksi menyikapi skandal yang menggerus PDB India. Dia berharap aksi menggoreng saham ala Gautam Adani di India tidak terulang di pasar modal Indonesia.

Ini menjadi perhatian khusus, karena secara makro hal-hal terkait goreng menggoreng saham akan berdampak besar terhadap perekonomian sebuah negara.

“Satu perusahaan Adani kehilangan 120 miliar dolar AS, hilang. Dirupiahkan Rp1.800 triliun," ungkap Jokowi.

Baca Juga: Meski Terseret Skandal, Kekayaan Gautam Adani Jauh Lampaui Low Tuck Kwong

Dia menambahkan, "Hati-hati mengenai ini, pengawasan, pengawasan, pengawasan. Jangan sampai ada yang lolos seperti itu karena goreng-gorengan Rp1.800 triliun,” ujar Presiden Jokowi.

Akibat kejadian tersebut, kekayaan Adani menyusut 64,7 miliar dolar AS dalam 10 hari, dan bursa saham India pun langsung bergejolak.

Meruginya Rp1.800 triliun aset Adani Group membuat seperempat Produk Domestik Bruto (PDB) India hilang, sehingga menyebabkan mata uang rupee jatuh.

“Sehingga dilihat betul mana yang suka menggoreng. Kalau goreng-goreng (saham) pas dapet, ya, enak tapi kalau kepeleset seperti tadi saya sampaikan Adani di India,” ujar Jokowi.

Baca Juga: Mengenal Sosok Gautam Adani yang Disebut Jokowi Bikin Rugi India

Ada di Indonesia

Skandal goreng goreng saham oleh Adani Group menarik perhatian mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dalam catatannya, dikutip dari Disway.id, Dahlan menyebut konglomerasi bisnis milik Gautam Adani memiliki cabang di Indonesia.

Menurut Dahlan Iskan, seperti halnya Low Tuck Kwong yang tiba-tiba menjadi orang terkaya di Indonesia berkat batu bara, Kekayaan Adani juga meroket, kemungkinan berkat batu bara di Kalimantan Timur (Kaltim).

"Adani memang punya tambang batu bara besar di Kaltim atau Kaltara. Harga batu bara dalam dua tahun terakhir bikin banyak orang mendadak kaya," tulis Dahlan.

Keberadaan cabang bisnis Adani di Indonesia, diungkap oleh CNBC Indonesia. Berdasarkan sumber yang berkecimpung di lingkup sektor mineral dan batu bara (minerba), CNBC menyebut Gautam Adani sebagai pengusaha batu bara yang tak hanya beroperasi di India, namun juga di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Jokowi Ingatkan Soal Adani Group, Seperempat PDB India Hilang

"Yang saya tahu memang Gautam Adani ini pengusaha batu bara tak hanya di India, bahkan ada di Australia dan Indonesia di Kaltim," tulis CNBC.

Salah satu unit usaha yang mendukung kegiatan bisnis Adani Group dalam lingkup penyediaan listrik di India adalah ketersediaan batu bara, yang salah satu tambangnya ada di Kalimantan Utara, Indonesia.

Berdasarkan penelusuran bakabar.com unit usaha itu adalah PT Adani Global, merupakan anak usaha Adani Enterprise yang fokus di bidang tambang, logistik dan perdagangan batu bara. Situs resmi perusahaan menyebut Adani memperoleh izin usaha pertambangan (IUP) produksi pada tahun 2007.

PT. Adani Global terletak di Pulau Bunyu Kecamatan Bunyu, Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara. PT. Adani Global memiliki luas daerah penambangan sebesar, 2615 Ha dengan target produksi overburden pada tahun 2012 sebesar 131.000 BCM/hari, dan target produksi batubara sebesar 10.000 ton/hari.

Baca Juga: Kisah Gautam Adani, Sosok Putus Sekolah yang Jadi Orang Terkaya di Dunia

Penambangan dilakukan dengan sistem blok dan membuat jenjang penambangan dengan tinggi 10 meter dan lebar 3 meter.

Proyek di Indonesia ini merupakan proyek luar negeri pertama Adani Grup dalam penambangan dan operasi batu bara. Perusahaan mengatakan keputusan menambang di Indonesia sejalan dengan tekad jangka panjang Adani untuk mengatasi permasalahan permintaan tinggi batu bara di India yang kekurangan energi.

Penambangan batu bara Adani dilakukan lewat PT Lamindo Inter Multikon. Data Modi dan Geoportal Minerba menyebut bahwa Lamindo memiliki IUP aktif hingga 2037 atas lahan seluas 2.414 hektar atau mencapai 12% dari total besar pulau Bunyu.

Pemantauan khusus BEI 

Menyikapi aksi goreng - goreng saham yang mungkin terjadi di Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pengawasan dan pemantauan yang terus-menerus.

Baca Juga: Laporan BEI Tahun 2022, OJK: Jumlah Investor Naik Seribu Persen

Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Kristian Sihar Manullang menyampaikan pihaknya akan memasukkan ke papan pemantauan khusus terhadap saham- saham yang pergerakannya tidak biasa, atau istilah lainnya "saham gorengan".

“Bursa juga memberikan notasi khusus dan selanjutnya memasukkan ke dalam pemantauan khusus kepada saham saham tertentu yang memiliki catatan khusus terkait fundamental dan volatilitas harga,” ujar Kristian kepada awak media di Jakarta, Selasa (7/2).

Kemudian, pihaknya akan melakukan aksi cepat (immediate action) terhadap nasabah- nasabah melalui Anggota Bursa (AB), sebagai upaya preventif untuk mengingatkan terkait perilaku transaksi mereka.

Baca Juga: Sri Mulyani Optimis Seribu Perusahaan Tercatat di BEI pada 2023

Tidak berhenti hanya disitu, BEI juga mengenakan Auto Reject Atas (ARA) dan Auto Rejection Bawah (ARB) terhadap order saham yang mencapai level harga tertentu.

“Semuanya ini bertujuan untuk perlindungan investor," terang Kristian.

Dia juga memastikan, pihaknya melakukan pemantauan atas seluruh transaksi, tindakan pengawasan, pemeriksaan dan melakukan koordinasi pengawasan transaksi bersama Self-Regulatory Organization (SRO) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Juga tak henti-hentinya BEI melakukan edukasi dan sosialisasi melalui berbagai media kepada investor.  Harapannya para investor memahami berbagai hal yang harus diperhatikan dalam bertransaksi sebagai upaya untuk melindungi mereka.

“Untuk menyemarakkan pasar, bursa menambah perusahaan tercatat, mengembangkan produk produk investasi dan tetap mengawasi pasar agar berjalan teratur, wajar dan efisien,” kata Kristian.

Semua kebijakan itu dilakukan agar kejadian di bursa India terkait Adani Group tidak terjadi di Indonesia. Sebelumnya, Adani menghebohkan industri keuangan dunia setelah kekayaan konglomerasi bisnis itu menguap Rp 1.500 triliun.

Penyebabnya, laporan Hindenburg Research yang menuding Adani 'bermain curang' di bursa saham.

Tudingan itu berawal dari kecurigaan perusahaan riset asal Amerika Serikat (AS), Hindenburg menyaksikan dengan sebegitu pesatnya kenaikan kekayaan Adani Group dalam kurun waktu singkat.

Editor


Komentar
Banner
Banner