Skandal Adani Group

Jokowi Ingatkan Soal Adani Group, Seperempat PDB India Hilang

Presiden Jokowi mewanti-wanti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar kasus orang terkaya di Asia, Adani Group, tidak terjadi di Indonesia.

Featured-Image
Miliarder India Gautam Adani kini menjadi sorotan usai ada tudingan manipulasi saham dan penipuan akuntansi. Photo: Wikimedia

bakabar.com, JAKARTA - Pada pembukaan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023 yang disiarkan virtual, Senin (6/1), Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil membuat publik bertanya-tanya. Saat itu, Presiden Jokowi mewanti-wanti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar kasus orang terkaya di Asia, Adani Group, tidak terjadi di Indonesia.

Sebagai informasi, taipan India Gautam Adani pemilik Adani Group dituduh melakukan manipulasi dan penipuan pasar saham. Akibatnya, Jokowi menyebut terjadi gelombang modal keluar di India secara masif.

Imbasnya, mata uang Rupee India merosot tajam. Jokowi menyayangkan hal itu, padahal kondisi ekonomi India secara makro sedang baik-baiknya. Ekonomi India diketahui memiliki performa yang baik.

"Hati-hati! Jangan sampai ada yang lolos seperti itu karena goreng-gorengan. Jumlahnya itu Rp 1.800 triliun, seperempat PDB India hilang," tegas Jokowi, Senin (6/1).

Baca Juga: Sektor Keuangan Terus Tumbuh, OJK Optimistis Hadapi 2023

Lantas seperti apa sosok Gautam Adani yang disinggung Jokowi merugikan India hingga Rp 1.800 triliun?

Berdasarkan penelusuran bakabar.com diketahui pengusaha asal India, Gautam Adani telah menjadi sorotan publik lantaran harta kekayaannya ludes ratusan triliun rupiah dalam waktu singkat. Sebelumnya, Adani diketahui memiliki kekayaan sebesar 120 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp1.787,76 triliun (asumsi kurs Rp 14.898 per dollar AS).

Dengan angka itu, Adani menjadi orang terkaya keempat dunia, mengungguli nama-nama besar lain seperti Bill Gates atau Warren Buffet.

Tak lama berselang, tepatnya Sabtu (4/2) lalu, kekayaan pria berumur 60 tahun itu tercatat tinggal menyisakan 61 miliar dollar AS atau setara Rp 908,78 triliun.

Baca Juga: Jokowi Ingatkan Perbankan Jangan Lupakan UMKM dan Hilirisasi SDA

Artinya, kekayaan Adani menguap sekitar 59 miliar dollar AS atau setara Rp878,98 triliun dalam kurun waktu kurang dari dua pekan.

Skandal Penipuan

Tergerusnya kekayaan Adani pada awal Februari ini, setelah perusahaannya diduga terlibat skandal penipuan besar, sebagaimana disampaikan oleh temuan Hindenburg Research.

Tercatat valuasi dari perusahaan Adani telah hilang lebih dari 110 miliar dollar AS akibat tuduhan tersebut.

Sebelumnya, Hindenburg Research menerbitkan laporan di pengujung Januari 2023. Hindenburg menuduh Grup Adani telah melakukan penipuan secara masif serta melakukan manipulasi saham. Dilalanya manipulasi itu telah dilakukan selama puluhan tahun.

Baca Juga: Dorong Industri Pasar Modal, OJK Siapkan Bursa Karbon dan Pengaturan Aset Digital

Laporan itu juga menyoroti kondisi keuangan perusahaan, yang dinilai tidak sehat. Grup Adani langsung menampik berbagai tuduhan yang disebutkan dalam laporan itu. Bahkan, perusahaan mempertimbangkan untuk mengambil langkah hukum atas laporan yang dinilai menyerang kisah dan ambisi pertumbuhan India.

Meskipun Grup Adani telah menyampaikan pembelaan, investor ternyata lebih memilih menghindar. Mereka tidak ingin terlibat dalam kericuhan yang terjadi. Akibatnya saham perusahaan unggulan Grup Adani, Adani Enterprises langsung anjlok hampir 55 persen sejak laporan itu dikeluarkan pada 24 Januari lalu.

Akibatnya, Grup Adani menghadapi kesulitan pendanaan. Pada pekan lalu, Adani Enterprises bahkan memutuskan untuk membatalkan menjual ekuitas senilai 2,5 miliar dollar AS, seiring turunnya nilai perusahaan.

Kini perhatian banyak investor tengah tertuju kepada Grup Adani. Banyak yang meragukan apakah perusahaan itu mampu bertahan dan menjaga operasionalnya di tengah derasnya aksi jual oleh investor.

Baca Juga: IPO Pupuk Kaltim dan Pertamina Hulu Energi Tersendat, OJK: Masalah Teknis

Pengawasan lebih ketat

Presiden Joko Widodo mengingatkan agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memperketat pengawasan di pasar keuangan, khususnya di pasar saham. Jokowi meminta OJK jangan sampai kebobolan praktik 'gorengan' saham.

Menurutnya, imbas skandal dugaan manipulasi harga saham membuat nilai perusahaan di Adani Group terkikis hingga Rp 1.800. Jumlah sebesar itu sama dengan seperempat PDB India.

Menurutnya, menggoreng saham memang menguntungkan bagi sejumlah pelaku pasar. Hanya saja jika pola-pola Adani Group itu diteruskan akan berdampak besar terhadap fundamental ekonomi. Banyak pihak yang akan dirugikan, termasuk negara.

Baca Juga: Reshuffle Rabu Pon Batal, Jokowi Berubah Pikiran?

"Harus dilihat betul mana yang suka menggoreng! Kalau gorengan itu enak. Menggoreng, menggoreng kalau pas dapat itu enak. Tapi, sekali terpeleset seperti yang saya sampaikan Adani di India, hati-hati," tegas Jokowi.

Pasca-kejadian di Adani Group, Jokowi menyebut terjadinya pergerakan besar modal keluar dari India. Akibatnya, mata uang Rupee India tidak berkutik, anjlok ke titik terendah.

Padahal secara makro, Jokowi menilai ekonomi India sedang bertumbuh dengan sangat baik. Ketika skandal Adani Group muncul di pasar modal, hal itu membuat para investor menjadi khawatir.

"Jadinya apa? Capital outflow. Jadinya apa lagi? Rupee jatuh, padahal kondisi makronya bagus. Sekali lagi, hati-hati dengan ini," pungkas Jokowi.

Editor


Komentar
Banner
Banner