bakabar.com, BANJARMASIN - Menjelang kewafatan akan kelihatan seperti apa seseorang menghabiskan hidupnya. Baik dari perkataan maupun tingkah lakunya. Berikut perkataan orang shaleh menjelang sakratul maut.
Dipetik dari karya Al Imam Al Ghazali -Dibalik Tabir Kematian-, seorang guru datang menjenguk Mimsyad ad-Dainuri saat menjelang kematiannya. Dia berdoa, "Allah telah bertindak dan berbuat." Mimsyad tersenyum dan berkata, "Selama tiga puluh tahun surga dan isinya telah ditawarkan kepadaku. Namun meliriknya saja aku tidak."
Menjelang ajal, Ruwaim dituntun mengucapkan kalimat 'La ilaha illah'. Tetapi ia malah menjawab, "Aku memang tidak bisa mengucapkan yang selain itu dengan baik."
Ketika Sufyan ats Tsauri mendekati ajal, ia diminta mengucapkan kalimat 'La ilaha illallah'. Dan ia malah bertanya, "Apakah tidak ada permintaan yang lain?"
Ketika Ahmad bin Hadhrawaih hendak meninggal, ia ditanya sesuatu oleh puteranya. Seketika ia menangis dan berkata, "Wahai puteraku, pintu yang telah aku ketuk selama sembilan puluh lima tahun sekarang sudah terbuka. Namun aku belum tahu, apakah ia terbuka untuk kebahagiaan atau untuk penderitaan. Jadi, bagaimana mungkin aku masih punya waktu untuk menjawab pertanyaanmu tadi?"
Imam AlGhzazali mengomentari; itulah yang mereka ucapkan! Perbedaan di antara mereka terletak pada berbedanya kondisi dan keadaan mereka masing-masing. Sebagian mereka ada yang lebih dikuasai oleh rasa takut, sebagian oleh harapan, dan sebagian lagi oleh rasa cinta dan rindu. Masing-masing berbicara sesuai dengan keadaannya. Apapun keadaannya, yang mereka ucapkan itu benar.
Sumber: Alfachriyah.org
Editor: Muhammad Bulkini