bakabar.com, SINGAPURA - Tren makanan halal di Singapura meningkat. Hal itu terlihat dengan makin banyaknya gerai makanan dan minuman (F&B) yang memiliki sertifikat halal.
Dilansir Irham.id yang mengutip The Straits Timespada Kamis (4/3) , laporan perdana tentang perilaku konsumen Muslim dan trenmakanan halaldi Singapura menyebutkan pasar makanan halal di negara itu diperkirakan mencapai 1 miliar dollar pada 2019, dengan 700 juta dollar dihabiskan oleh Muslim lokal.
Laporan setebal 58 halaman itu dirilis kemarin oleh konsultan gaya hidup dan perjalanan Muslim CrescentRating dan perusahaan solusi teknologi pembayaran global Mastercard.
Laporan itu memilah data survei dari 500 Muslim berusia 15 hingga 70 tahun yang menanggapi kuesioner, wawancara dengan pakar dan akademisi tentang makanan halal, temuan dari studi tentang makanan halal di Singapura serta wawasan dari CrescentRating dan platform perjalanan online Halal Trip.
Dari 500 responden, 218 di antaranya adalah kaum milenial berusia 25 hingga 40 tahun. Pengeluaran makanan per kapita mereka pada tahun 2019 adalah 1.177 dollar. Untuk 161 orang Gen X yakni berusia 41 hingga 55 tahun, pengeluaran per kapita tahunan mereka untuk makanan sedikit lebih tinggi yaitu 1.214 dollar.
Dalam survei itu hampir 78 persen responden adalah perempuan. Laporan tersebut mencatat bahwa setidaknya 65 persen responden setuju bahwa ada banyak variasi makanan halal di Singapura.
Namun salah satu keluhan mereka adalah pilihan makanan halal tidak tersedia secara luas di seluruh pulau, terutama di daerah barat dan jantung kota dan terkonsentrasi di beberapa cluster seperti Arab Street dan Geylang Serai.
Sekitar empat dari 10 responden mengatakan beberapa masakan non-Asia seperti makanan Prancis, Meksiko, Yunani, dan Spanyol tidak ditawarkan cukup banyak yang tersedia makanan halal.
Sementara itu 88 persen responden mengetahui tentang pilihan makanan halal baru melalui media sosial. Sebagian besar dari mereka yang berbagi pengalaman dan pendapat terutama melaluiWhatsApp, Facebook,danInstagramberusia 25 hingga 34 tahun.
Sementara bisnis rumahan telah berkembang pesat selama pandemi, kurang dari 5 persen responden membeli makanan dari bisnis rumahan setiap minggu. Sedang 27 persen lainnya membeli dari mereka sekali atau dua kali dalam sebulan, sementara hampir seperempatnya tidak pernah membeli dari bisnis rumahan. Terdapat kekhawatiran termasuk harga tinggi, biaya pengiriman, dan persepsi kualitas dan jaminan halal yang buruk menjadi sebabnya.
“Ada peluang untuk mengembangkan bisnis rumahan. Konsumen tidak membeli dari mereka karena banyak masalah dalam interaksi pembelian dan pemasaran.Mengatasinya akan (membantu) menciptakan pengalaman lokal tentang makanan halal di Singapura,” kata pendiri dan kepala eksekutif CrescentRating, Fazal Bahardeen.
“Meningkatkan variasi makanan halal yang tersedia dan memastikan tidak ada pelanggaran kepercayaan dalam sistem jaminan halal adalah kunci untuk menumbuhkan Singapura sebagai surga makanan halal. Kami berharap wawasan dalam laporan ini akan membantu pemangku kepentingan F&B untuk melayani konsumen Muslim di Singapura dengan lebih baik,” tambahnya.