bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong transformasi digital di industri makanan dan minuman (mamin) guna memacu produktivitas secara lebih efisien dan berkualitas sehingga meningkatkan daya saing industri.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam keterangan di Jakarta, Jumat (17/2) menjelaskan hal itu. Dalam hal percepatan transformasi digital, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyediakan fasilitas yang mencakup pelaksanaan self-assessment INDI 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dengan target 800 perusahaan pada tahun 2022 dan 2023.
"Dan dilanjutkan dengan bimbingan teknis transformasi industri 4.0 bagi manager dan engineer, serta penerapan industri 4.0 secara bertahap,” katanya.
Putu mengatakan transformasi digital di sektor mamin penting untuk mendorong peningkatan daya saing dan produktivitas agar dapat berkompetisi di tingkat global. Caranya dengan mendorong penerapan teknologi industri 4.0 baik pada tahapan produksi, distribusi, hingga pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) industri.
Baca Juga: Hadiri Hannover Messe 2023, Kemenperin: Raih Peluang Transformasi Industri
Untuk mendorong implementasi transformasi digital tersebut, Kemenperin telah melakukan penunjukan lighthouse implementasi industri 4.0, bimbingan teknis transformasi industri 4.0 untuk sebanyak 455 SDM industri mamin, serta memfasilitasi kemitraan antara 800 SDM koperasi susu dengan industri pengolahan susu.
Industri Hijau
Selanjutnya, melakukan penerapan neraca komoditas terkait mamin melalui Sistem Nasional Neraca Komoditas (SNANK), piloting kemitraan dan digitalisasi di industri pengolahan susu, pembangunan pusat inovasi dan pengembangan SDM industri 4.0, serta penyediaan insentif.
"Seperti super deduction tax untuk investasi yang ditujukan bagi inovasi teknologi, peningkatan kegiatan riset, dan penguatan kapasitas SDM industri," terang Putu.
Dia menambahkan, transformasi digital pada industri mamin diharapkan turut mampu mendukung keberlanjutan industri atau sustainability dan industri hijau yang saat ini sedang menjadi tren dunia.
Baca Juga: Jalin Kerja Sama dengan Axioo, Kemenperin Cetak SDM Mahir Teknologi Robotik
Upaya tersebut juga untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan dan mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Perusahaan industri sudah menyadari akan pentingnya industri 4.0 dan mulai melakukan transformasi agar menjadi lebih efisien," ucapnya.
Perusahaan industri mamin juga telah berupaya melakukan efisiensi energi dengan memperbarui teknologi yang lebih hemat energi, manajemen energi yang lebih baik.
"Serta penggunaan energi terbarukan seperti solar panel dan biomassa untuk bahan bakar boiler,” lanjut Putu.
Baca Juga: Optimalkan Anggaran untuk IKM Daerah, Kemenperin Gandeng Pemda
Saat ini sudah ada 10 perusahaan industri mamin yang telah mendapatkan sertifikasi industri hijau. Pemerintah terus mendorong pemanfaatan sumber daya lokal sebagai sumber energi bersih seperti implementasi biodiesel berbasis sawit dan reseach & development pemanfaatan biomassa untuk energi berkelanjutan.
Penguatan SDM
Di sisi lain, Kemenperin juga terus memperkuat kemampuan SDM di industri mamin untuk menghadapi era transformasi digital dengan mendorong pelatihan manajer transformasi digital.
Menurut Putu, hingga saat ini hampir semua industri mamin sudah melakukan automasi, terutama pada proses produksinya sehingga kemampuan SDM industri perlu terus ditingkatkan agar bisa berkembang mengikuti tuntutan zaman.
“Kami menargetkan akan ada 1.200 orang akan dilatih dalam program Training of Trainer (ToT) dan diharapkan menjadi manajer transformasi digital. Selanjutnya mereka akan bisa membimbing industri mamin yang ada dalam ekosistem tersebut,” tambah Putu.
Baca Juga: Kemenperin dan Kemenaker Ingatkan Pembinaan K3 di Industri Smelter
Sepanjang 2020 hingga 2022 industri mamin tercatat terus tumbuh positif. Pada tahun 2022, industri mamin tumbuh 4,90 persen (yoy) dan menjadi kontributor terbesar terhadap PDB industri pengolahan non migas pada tahun 2022, sebesar 38,35 persen.
Ekspor makanan dan minuman termasuk minyak sawit mencapai 48,61 miliar dolar AS pada Januari-Desember 2022. Sedangkan impornya sebesar 16,52 miliar dolar AS pada periode yang sama.
“Kami mencoba optimis dengan harapan industri mamin 2023 bisa tumbuh sekitar 6,25 persen,” tandasnya.