bakabar.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Walhi Jabar Meiki W Paendong mengaku kecewa dengan penanggulangan kebakaran TPA Sarimukti, di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
Ia kecewa lantaran kebakaran telah memberikan dampak yang besar terhadap pencemaran udara dan polusi udara di wilayah Bandung Barat. Kebakaran juga mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat sekitar.
"Penangananya lambat, karena kan ada informasi kalau hari pertama terbakar sempat dipadamkan. Lalu terbakar lagi, kenapa tidak bisa dipadamkan, kekecewaannya disitu," ujar Meiki kepada bakabar.com, Sabtu (2/9).
Meiky mengingatkan agar pemerintah segera mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Di UU itu, kata Meiki, dijelaskan bahwa sistem pengelolaan sampah harus dipilah, yakni sampah organik dan non organik.
Baca Juga: TPA Sarimukti Bandung Terbakar, DLH Jabar Siapkan Lahan Alternatif
Secara lugas UU tersebut juga menjelaskan tentang sistem pengelolaan sampah yang seharusnnya menggunakan 3 metode, yakni pengurangan, guna ulang, daur ulang.
"Tapi itu kan tidak dijalankan, tidak diimplementasikan. Buktinya sampahnya masih tercampur. Semua dibuang ke TPA Sarimukti. Akhirnya TPA tersebut menumpuk atau kelebihan kapasitas," jelasnya.
Seharusnya dari awal sampah-sampah sejak masih di tingkatan rumah tangga, sudah dipilah telebih dahulu. Kini dengan terbakarnya TPA Sarimukti, ungkap Meiki, warga sekitar merasakan akibatnya secara langsung, mulai dari kegiatan ekonomi yang terngganggu hingga munculnya masalah kesehatan.
Data terbaru, kata Meiki, menunjukkan lebih dari 300 warga menderita gangguan kesehatan akibat terpapar asap. Mereka mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan gangguan penglihatan karena asap.
Baca Juga: Yon Armed 4 Parahyangan Terlibat Padamkan Api di TPA Sarimukti
Ketua BPD Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Abdurrahman, mengungkapkan sebanyak 30 persen warga Sarimukti terdampak secara ekonomi. Warga kini terpaksa menganggur, karena dilarang untuk mendekati area TPA yang terbakar. Padahal selama ini, TPA Sarimukti merupakan ruang hidup mereka untuk mencari nafkah.
"Ini kan terbakar dan otomatis ditutup, jadi mereka tidak ada pekerjaan," ungkap Abdurrahman dalam keterangannya dikutip Kamis (31/8).