Energi Baru Terbarukan

Tinggalkan Batu Bara, Adaro Diversifikasi Bisnis Energi Terbarukan

Adaro perlahan mengurangi batu bara melalui diversifikasi bisnis yang lebih hijau sesuai strategi pilar Adaro Green, dengan pengembangan pembangkit listrik EBT.

Featured-Image
Ilustrasi tambang batu bara. (Foto: bisnis.com)

bakabar.com, JAKARTA – PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) perlahan mengurangi ketergantungan batu bara melalui diversifikasi bisnis yang lebih hijau sesuai strategi pilar Adaro Green, dengan pengembangan pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT).

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (18/11) Adaro melalui anak usahanya, PT Adaro Power (AP) bersama Total Eren S.A., telah menandatangani Surat Penunjukan (Letter of Intent) dengan PT PLN (Persero).

Konsorsium AP dan Total Eren S.A. telah ditetapkan sebagai Pemenang Lelang dan pengembang pembangunan Proyek Pembangkit Listrik Swasta Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tanah Laut 70 MW dengan Sistem Penyimpanan Energi Baterai 10 MW/10 MWh (Proyek).

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengungkapkan keputusan untuk diversifikasi bisnis energi yang lebih menjadi penanda perusahaan mulai mengurai ketergantungan terhadap batu bara.

"Saya kira ini merupakan salah satu langkah bagus di mana perusahan batu bara seperti Adaro sudah melakukan diversifikasi bisnis. Mereka sudah mengarah ke green energy dengan PLTB ini. Apalagi dengan harga yang termurah sepanjang sejarah," ungkap Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, Kamis (17/11).

Pengurangan ketergantungan terhadap baru bara dapat menjadi salah satu dukungan yang dilakukan oleh Adaro dalam mempercepat transisi energi guna mencapai target net zero emission pada 2060.

"Jadi untuk mendukung transisi energi justru tidak lagi berbicara akuisisi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang eksisting dengan alasan untuk early retirement," tuturnya.

Menurutnya, BUMN tambang batu bara harus mengikuti langkah Adaro unttuk merubah strategi bisnis dari energi fosil menuju EBT, untuk mendorong lebih banyak lagi perusahaan yang mengambil langkah serupa.

Diketahui, Adaro Power dan Total Eren memenangkan tender pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tanah Laut berkapasitas 70 MW di Kalimantan Selatan. Keduanya terpilih setelah menawarkan listrik per kWh terendah kepada PT PLN (Persero).

Penawaran yang diberikan kedua perusahaan tersebut adalah 5,5 cUSD/kWh, terendah dalam sejarah pembangunan PLTB di Indonesia. Sebelumnya, rekor penawaran terendah yakni pada pembangunan PLTB di Sidrap sebesar 11 cUSD/kWh, yang kemudian di Jeneponto turun lagi menjadi 10 cUSD/kWh.

Editor
Komentar
Banner
Banner