bakabar.com, JAKARTA - Bali dan masyarakatnya memang memiliki daya tariknya tersendiri dengan produk kerajinan tangannya yang biasa disebut kriya. Untuk itu Kementerian Koperasi dan UMKM melihat perlu adanya kerjasama antar pengrajin dengan agregator untuk bisa semakin mengembangkan produk kriya.
Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki menjelaskan untuk bisa produk masuk ke pasar global perlu adanya ketentuan seperti kapasitas produksi, standarisasi, sampai biaya logistik maka diperlukan kerjasama dengan perwakilan pembeli dunia yang ada di Indonesia.
"Di kita juga sudah banyak agregator yang menjadi eksportir misalnya agregator untuk produk organik, agregator untuk produk kriya, fashion dan lain sebagainya. Nah dengan begitu maka kita akan lebih mudah," ujarnya dalam acara pembukaan sinergi kegiatan Dekranas "Cerita Kriya" yang disiarkan secara daring, Selasa (9/8).
Dia mencontohkan untuk produk kopi seringkali diundang oleh duta besar di luar negeri dengan tata niaganya yang sudah baik. Dengan begitu, eksportir maupun pembeli sudah tersedia sistem yang memungkinkan ekspor kopi jadi lebih efisien. Hal seperti ini yang dinilainya masih kurang diperhatikan oleh para pelaku usaha kecil.
Karena itu menurutnya diperlkanu adanya kerjasama dengan para agregator, eksportir, dan juga perwakilan dagang yang di Indonesia sehingga untuk pengurusan dasar seperti soal skala produksi ataupun biaya logistik nantinya bisa jauh lebih mudah.
Teten juga berharap dengan adanya Smesco Hub Timur, Bali bisa menjadi pusat perdagangan internasional di Indonesia layaknya Swiss dan Singapura. Terlebih Bali memiliki produk kriya yang jika dikembangkan dengan menggunakan basis informasi pasar dan riset pengembangan produk, dapat membuat lebih kompetitif dibandingkan produk lainnya.
"Jadi betul tidak lagi mengandalkan pariwisata tapi mengembangkan kekuata2 ekonomi lain termasuk tadi di sektor kriya," tutupnya. (Thomas)