bakabar.com, KOTABARU – Meski terdampak pandemi Covid-19 pada awal tahun, namun PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk optimistis dapat meningkatkan angka penjualan semen di Semester II 2020.
Saat ini Indocement dan anak perusahaannya Entitas yang bergerak dalam beberapa bidang usaha meliputi pabrikasi, dan penjualan semen sebagai usaha inti serta beton siap-pakai.
Pangsa pasar perseroan pada semester pertama tahun 2020 berada di tingkat 25,7% dengan mempertahankan pangsa pasar utama di Jawa Barat termasuk Jakarta sebesar 46,2% dan untuk keseluruan pulau Jawa sebesar 34,8%.
Penurunan terjadi pada pendapatan neto sebesar -11.6% lebih rendah dari persentase penurunan volume penjualan disebabkan oleh harga jual rata-rata per ton (konsolidasi) lebih tinggi +0.9%.
Selanjutnya, perseroan menyisihkan penurunan nilai mesin dan peralatan sebesar Rp73,5 miliar yang berdampak pada penurunan Laba Usaha pada semester pertama 2020, dan posisi neraca keuangan yang kuat dengan total kas dan setara kas sebesar Rp7,8 triliun akan tetap meyakini pertumbuhan permintaan semen domestik yang lebih baik di semester kedua 2020.
Melihat melihat situasi di tahun 2020, ada penurunan penjualan secara domestik, sebagaimana yang telah di bukukan sebesar 7,3 juta ton pada semester pertama ditahun ini atau turun sebesar -11,9% (-994 ribu ton) lebih rendah dari penjualan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, permintaan semen domestik nasional juga turun sebesar -7,7%. Itu mengakibatkan penurunan pangsa pasar perseroan dari 26,2% di semester I – 2019 menjadi 26,0% pada Semester Pertama 2020.
Hal itu disampaikan oleh Direktur & Corporate Secretary, Oey Marcos, dalam siaran persnya yang diterima bakabar.com belum lama tadi.
Oey Marcos menambahkan, pangsa pasar utama Indocement yang berada di keseluruhan Jawa Barat tetap kuat dan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dari 45,1% menjadi 46,2%. Untuk keseluruhan pulau Jawa, pangsa pasarnya meningkat dari 34,2% menjadi 34,8% dan Sumatera dari 11,6% menjadi 12,5%.
“Jadi, pendapatan neto perseroan menurun sebesar -11,6% menjadi Rp6,2 triliun atau pada semester pertama tahun 2019 yakni Rp7,0 t riliun, yang disebabkan oleh penurunan volume,” jelas Oey Marcos sembari mengatakan jika pabrik Indocement salah satunya berada di Tarjun, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
“Sementara, beban pokok pendapatan pada semester pertama tahun 2020 turun sebesar -11.3% dari Rp4.840,0 miliar menjadi Rp4.295,3 miliar sebagai dampak dari penurunan volume penjualan disertai dengan harga batu bara yang lebih rendah dan upaya efisiensi berkelanjutan pada biaya produksi seperti penggunaan batu bara dengan nilai kalori lebih rendah dan peningkatan bahan bakar alternatif,” imbuhnya.
Untuk laba bruto menurun sebesar -12,3% menjadi Rp1.879,9 miliar dibandingkan dengan Rp2.142,6 miliar pada periode yang sama pada tahun lalu. Marjin laba bruto menurun sebesar -30 bps dari 30,7% menjadi 30,4% pada semester pertama di tahun 2020.
Marjin EBITDA mengalami penurunan sebesar -140 bps dari 16,9% menjadi 15,5% demikian juga dengan marjin laba usaha sebesar -240 bps dari 8,5% menjadi 6,1% pada semester pertama 2020.
"Satu kali penyisihan penurunan nilai mesin dan peralatan sebesar Rp73,5 miliar berdampak pada penurunan laba usaha. Tanpa alokasi satu kali tersebut, laba usaha kami turun sebesar Rp139 miliar atau turun 24%, bukan 36% dibandingkan hasil semester pertama di 2019 kemarin,” jelas dia.
Kemudian, lanjutnya perseroan mencatat pendapatan keuangan-neto lebih rendah sebesar -16,3% dari Rp197,3 miliar pada semester pertama 2019 menjadi Rp165,2 miliar pada semester pertama 2020, yang disebabkan oleh tingkat suku bunga yang relatif rebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pada sisi laba bersih, sambungnya lagi periode berjalan pada semester pertama 2020 menurun -26,6% menjadi Rp470,0 miliar atau pada semester pertama di 2019 yaitu Rp640,0 miliar disebabkan oleh penurunan volume dan hal lain yang dijelaskan sebelumnya.
“Nah, di kuartal ke dua tahun 2020 dianggap sebagai kondisi ekonomi yang paling menantang di tahun ini dan dengan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam mendorong pemulihan ekonomi secara menyeluruh. Indocement tetap optimis akan kenaikan permintaan semen yang lebih tinggi di semester kedua dengan relaksasi PSBB dan mulainya lebih banyak pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur,” kata dia.
Selain itu, Oey Marcos menilai, dalam situasi ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, Indocement akan terus menjadi Cost-Leader dengan melakukan berbagai upaya pengurangan biaya seperti, peningkatan penggunaan batubara dengan nilai kalori lebih rendah dan harga yang lebih murah, peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif, dan efisiensi biaya tetap.
“Ke depan, kami akan lebih fokus untuk mendistribusikan semen di pasar utama kami dan juga memaksimalkan volume output dari semua terminal semen yang ada. Kami juga akan fokus untuk meningkatkan volume ekspor baik klinker maupun semen putih,” imbuhnya.
Melihat dari datanya total penjualan di tahun 2019 berada di angka 8,405 juta ton dan di tahun 2020 pada semester pertama berada di 7,364 juta ton artinya ada selisih dan secara persentase sebesar -12,4% atau sebesar -1,042 juta ton.
Sementara, untuk ekspor sendiri di tahun 2019 sebesar 84 juta ton dan di tahun 2020 diangka 36 juta ton pada semester I, sehingga ada penurunan diangka -48 juta ton dengan persentase sekitar -57.0%.
Dengan posisi tanpa utang pada bank, Indocement siap menghadapi tantangan kondisi ekonomi yang cenderung masih belum membaik akibat dampak dari pandemi Covid-19. Ditambah kondisi kelebihan pasokan nasional yang masih ada, demikian untuk kemungkinan opsi yang tersedia pada periode konsolidasi di dalam industri semen.
“Jadi, untuk tahun ini, di rapat umum pemegang saham tahunan yang diadakan pada tanggal 28 Juli 2020 lalu, total dividen yang akan dibayarkan untuk tahun 2020 adalah Rp1.841 miliar atau Rp500 per saham yang setara dengan 4.5% hasil dividen dengan menggunakan harga penutupan saham kemarin,” pungkasnya.
Editor: Aprianoor