Mencari Polisi Baik

Teladan Kapolri Pertama, Jenderal Soekanto yang Bersahaja

Indonesia tengah merayakan HUT Bhayangkara ke-77. Hal itu menandai perjalanan panjang yang telah dilalui Kepolisian Republik Indonesia.

Featured-Image
Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Foto: Kompas

bakabar.com, JAKARTA – Indonesia tengah merayakan HUT Bhayangkara ke-77. Hal itu menandai perjalanan panjang yang telah dilalui Kepolisian Republik Indonesia.

Perjalanan itu tentu tidak lepas dari sosok yang menjadi pijakan dari pertama Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Komisaris Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.

Dilantik pada 29 September 1945, Jenderal Soekanto merupakan Kapolri pertama Indonesia yang diangkat secara langsung oleh Presiden Ir Soekarno.

Semua yang berkaitan dengan fungsi dan tugas dari kepolisian merupakan gagasan yang dibangun seutuhnya oleh Jenderal Soekanto pada saat itu.

Jenderal Soekanto sendiri telah mengemban tugas sebagai seorang polisi semenjak pemerintahan Belanda. Semua jabatan termasuk polisi lalu lintas hingga intelejen telah ia jalani.

Berbekal pengalaman panjang sebagai seorang polisi, Soekanto kemudian diminta menjadi salah satu pendidik di Sekolah Polisi Sukabumi saat Indonesia masih di bawah jajahan pemerintah Jepang.

Dalam dedikasinya menciptakan kepolisian republik Indonesia yang penuh integritas selama menjadi pendidik, melahirkan sosok Jenderal Hoegeng Imam Santoso yang nantinya melanjutkan estafet kepemimpinan Soekanto sebagai Kapolri ke-5 yang memimpin selama periode 1968-1971.

Berkat prestasi dan pengalaman panjang yang ia miliki, Presiden Soekarno kemudian melantik Jenderal Soekanto sebagai Kepala Djawatan Kepolisian Negara (kini: Kapolri) pada 29 September 1945.

Selama kepemimpinannya Soekanto terus memberi gebrakan demi gebrakan dalam institusi kepolisian RI. Termasuk mengatur penuh terkait fungsi dan teknis kepolisian dan juga pembentukan Kepolisian Air dan Udara (Polairut) sampai dengan intelijen.

Ia dikenal sebagai sosok kapolri yang sangat sederhana. Bahkan, selama memimpin ia tidak tinggal di rumah dinas polisi. Soekanto pada saat itu menempati rumah kontrakan yang berlokasi di Jalan Pengangsaan Timur No.43.

Bahkan kala pensiun, Soekanto tinggal pada rumah dinas di Vila Dorp, Kemang, Jakarta Selatan, rumah dinas yang dipinjamkan oleh Awaloedin Djamin, Kapolri yang menjabat selama periode 1978-1982.

Awaloedin Djamin kemudian digantikan oleh Jenderal Mochammad Sanoesi. Jenderal Sanoesi yang kemudian memberikan rumah tinggal kepada Soekanto di kompleks pejabat Polri, Ragunan.

Baca Juga: [EDITORIAL] Mencari Polisi yang Baik

Rumah itu yang menjadi tempat Soekanto dan keluarga menghabiskan sisa hidupnya hingga meninggal dunia pada 1993.

Namun di balik perjuangannya sebagai Kapolri pertama Indonesia, ia harus turun jabatan akibat gejolak politik yang terjadi pada saat itu.

Di balik kesederhanaan dan dedikasinya membangun institusi penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, Soekanto harus turun jabatan karena dianggap membelot dari Presiden Ir Soekarno.

Baca Juga: Peringati HUT Bhayangkara Ke-77, Berikut Sejarah Kepolisian RI

Soekanto dianggap tidak mendukung langkah Bung Karno yang akrab dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Hingga akhirnya ia dicopot oleh Bung Karno dari kursi Kapolri pada 1959.

Walaupun begitu, perjalanan panjang yang dilalui Soekanto memberi bangsa dan negara sebuah warisan tidak ternilai, yaitu Institusi Kepolisian Republik Indonesia yang hingga saat ini masih berdiri kokoh meski telah melalui beragam rintangan.

Editor
Komentar
Banner
Banner