Bisnis Smelter

Tak Lama Lagi Proyek 'Sonic Bay' Segera Terealisasi

Pemerintah mendorong terealisasinya proyek Sonic Bay, yaitu proyek smelter bahan baku baterai di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara.

Featured-Image
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mendorong terealisasinya proyek Sonic Bay, yaitu proyek smelter di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara, dengan investasi sebesar 2,2-2,6 miliar dolar AS. Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Pemerintah terus mendorong segera terealisasinya proyek Sonic Bay, yaitu proyek smelter bahan baku baterai di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara.

Hal itu disampaikan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam pertemuannya dengan Chief Executive Officer (CEO) Badische Anilin-und Soda-Fabrik (BASF) Martin Brudermüller di Paviliun Indonesia, di World Economic Forum (WEF) Annual Meeting 2023, Selasa (17/1).

"Saya mendukung penuh rencana investasi BASF di Indonesia khususnya dalam mendukung pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik," katanya dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah yang akan menjadikan Indonesia sebagai pemain kendaraan listrik kelas dunia. Nantinya, dalam proyek Sonic Bay, BASF akan bekerja sama dengan Eramet yang telah memiliki legalitas usaha atas nama PT Eramet Halmahera Nikel (PT EHN).

Rencana investasi BASF - Eramet yang berlokasi di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara itu merupakan pabrik pemurnian nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitates (MHP).

"Pabrik pemurnian nikelnya ada di Maluku Utara yang mana di sanalah lokasi sumber bahan bakunya. Kami di Kementerian Investasi/BKPM akan mengawal segala proses investasi BASF dari awal hingga akhir agar proyek ini bisa segera terlaksana," terangnya.

Pada kesempatan itu, CEO BASF Martin Brudermüller mengungkapkan apresiasinya terhadap keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mewujudkan performa pertumbuhan ekonomi yang sangat baik, bahkan mampu mengungguli negara-negara di Eropa.

Ia juga berterima kasih atas dukungan yang diberikan Kementerian Investasi/BKPM sehingga proses investasi BASF mampu berjalan dengan baik khususnya dalam hal pengurusan perizinan.

CEO BASF menegaskan bahwa kesepakatannya dengan Eramet sudah memasuki tahap akhir dan akan segera direalisasikan.

"Kami ingin menyampaikan bahwa kesepakatan kami dengan Eramet sudah pada tahap final, kemungkinan keputusan kami akan diambil pada semester I 2023 ini," ungkapnya.

Nilai investasi yang akan digelontorkan sebesar 2,4 miliar euro dan akan mampu menciptakan lapangan pekerjaan secara langsung bagi 1.000 pekerja.

"Kami sangat mengapresiasi dukungan dari Kementerian Investasi/BKPM sehingga proses investasi kami berjalan lancar. Kami juga berencana melakukan investasi tindak lanjut," imbuh Martin.

Proyek Sonic Bay diperkirakan akan meraup investasi sebesar 2,2 – 2,6 miliar dolar AS dan kapasitas produksi sebesar 67 ribu ton nikel/tahun dan 7,5 ribu ton kobalt/tahun.

Rencana investasi tindak lanjut BASF sendiri bertujuan untuk memproduksi MHP menjadi prekursor baterai listrik.

Sebagai informasi, BASF merupakan perusahaan multinasional asal Jerman dan produsen kimia terbesar di dunia yang saat ini bekerjasama dengan perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet, di bidang industri smelter pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt yang menghasilkan produk bahan baku baterai kendaraan listrik.

Editor


Komentar
Banner
Banner