bakabar.com, JAKARTA – "Tahu bulat digoreng dadakan, 500-an hangat-hangat." Begitu kiranya suara yang menggema dari toa di mobilpick up.
Buka sembarang mobil, itu dilengkapi pula dengan wajan juga kompor. Kendaraan ini disulap sedemikian rupa hingga menjadi 'tempat' ikonik berjualan tahu bulat.
Panganan ringan bercita rasa gurih itu kali pertama booming pada 2015 lalu. Seperti sekarang, tahu bulat seharga Rp500 per biji ini dijajakan menggunakan mobil pick up.
Usut punya usut, tahu bulat merupakan kudapan khas Tasikmalaya, yang juga perdana dijajakan di sana. Lantas, bagaimana kisahnya hingga menyebar ke berbagai daerah di Indonesia?
Bermula dari Alih Profesi Petani Salak
Tahu sejatinya adalah makanan asal Cina. Panganan berbahan kedelai itu ditemukan oleh Liu An, bangsawan yang merupakan cucu pendiri Dinasti Han.
Makanan itu lantas menyebar ke berbagai belahan dunia berkat perdagangan lintas negara. Di Indonesia sendiri, tahu mulai dikenal sejak abad ke-10.
Persebaran tahu pun meluas ke pelbagai wilayah Nusantara, tak terkecuali daerah Tasikmalaya. Namun, pamor tahu di sana tidak begitu menonjol.
Kawasan tersebut, utamanya Kecamatan Cineam dan Karangjaya, justru terkenal sebagai penghasil Salak Tasik terbaik sejak awal tahun 2000-an.
Seiring waktu, komoditas itu perlahan terhenti. Sebab utamanya, karena kalah saing dengan tempat lain yang memang memiliki kualitas salak yang jauh lebih bagus.
Semenjak itulah, banyak masyarakat yang menjadi pengusaha salak berubah haluan dengan berjualan tahu bulat.
"Masa kejayaan perkebunan salak telah usai. Tidak ada yang bisa diharapkan lagi,” ungkap Maman, salah seorang petani salak yang kini jadi penjual tahu bulat, dikutip dari merdeka.com, Kamis (5/1).