Tak Berkategori

“Sulap” POME Jadi Listrik, Cara Kalsel Lepas dari Batu Bara?

apahabar.com, BANJARMASIN – PT Citra Putra Kebun Asri (CPKA) Jorong Factory terus mendukung program pemerintah dalam…

Featured-Image
Kebun kelapa sawit PT Citra Putra Kebun Asri (CPKA) Jorong Factory di Tanah Laut. Foto-Apahabar/Muhammad Robby

bakabar.com, BANJARMASIN - PT Citra Putra Kebun Asri (CPKA) Jorong Factory terus mendukung program pemerintah dalam mengembangkan energi terbarukan di Kalimantan Selatan.

Salah satunya memanfaatkan potensi limbah cair pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sebagai bahan baku biogas.

Manajer Pabrik PT CPKA Jorong Factory, Ahmad Nasor mengatakan selama ini POME dianggap menimbulkan pencemaran lingkungan.

"Padahal, jika diolah secara maksimal bisa menghasilkan biogas, energi listrik, serta bahan bakar gas rumah tangga dan industri," ucap Ahmad Nasor kepada bakabar.com, Senin (15/11) siang.

Ia mengungkapkan, POME yang dimasukkan ke dalam digester sebanyak 60 persen dari tandan buah segar (TBS).

"Adapun jumlah listrik yang dihasilkan dari POME itu kurang lebih 1.000 kW," katanya.

Dalam proses pengolahan, PT CPKA Jorong Factory bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanah Laut (Tala).

Pemkab Tala memiliki peran dalam proses negosiasi harga jual ke PT PLN (Persero).

Namun, hingga saat ini kedua belah pihak masih menemui jalan buntu. Rendahnya harga beli disinyalir menjadi penyebab utama.

"Kalau yang saya tahu terkait harga jualnya. PLN mau membeli dengan harga murah, sementara itu tak sesuai dengan biaya operasional," bebernya.

Kondisi ini berakibat terhadap penumpukan POME di digester.

Bahkan, PT CPKA Jorong Factory harus melepas sebagian gas yang sudah berbentuk karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) ke udara.

"Lantaran belum dimanfaatkan secara maksimal, maka gas yang dihasilkan akan berlebihan. Oleh sebab itu, kita lepas ke udara dalam bentuk CO2 dan H2O. Ini juga mengurangi efek rumah kaca," jelasnya.

Kurangi Ketergantungan Batu Bara

img

Tugboat penarik tongkang yang mengangkut batu bara melintas di DAS Barito. Foto: Antara

Ahmad Nasor tak menampik apabila pemanfaatan POME menjadi energi listrik bisa mengurangi ketergantungan terhadap batu bara.

"Benar sekali, minimal mengurangi ketergantungan meskipun angkanya kecil," ungkapnya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga April 2021, kapasitas PLTU mencapai sebesar 34.668 Mega Watt (MW) atau dengan porsi sebesar 48 persen dari total pembangkit listrik di tanah air 72.889 MW.

Adapun bauran batu bara mencapai 63,52 persen dari total bauran energi untuk pembangkit listrik nasional.

Melansir CNBC Indonesia, Wakil Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo bilang produksi listrik RI pada 2060 diperkirakan bisa mencapai 1.800 Tera Watt hours (TWh).

Angka tersebut melonjak dari saat ini baru sebesar 300 TWh. Artinya, masih ada kekurangan produksi sekitar 1.500 TWh.

Ditambah dengan kapasitas 120 TWh dari proyek pembangkit 35 Giga Watt (GW), maka nantinya masih diperlukan tambahan produksi 1.380 TWh hingga 2060 mendatang.

"Sehingga ada ruang 1.380 TWh untuk penambahan kapasitas pembangkit EBT. Mulai 2020 ke depan, porsi kapasitas PLTU diturunkan," ujar Darmawan Prasodjo dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (27/5) lalu.

Sementara itu, Humas PLN Kalselteng, Gian Wijaya membeberkan, beban puncak untuk Kalsel dan Kalteng sebesar 1.302 MW. Sedangkan daya mampu 2.123 MW, sehingga surplus 830 MW.

"Ini dari berbagai sumber pembangkit, karena sistem kelistrikan PLN sudah interkoneksi dengan Kaltim, Kalsel dan Kalteng," paparnya saat dikonfirmasi bakabar.com.

Ramah Lingkungan

img

Tandan Buah Segar (TBS) milik PT Citra Putra Kebun Asri (CPKA) Jorong Factory. Foto-Apahabar/Muhammad Robby

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menyebutkan pemanfaatan POME menjadi energi sebagai bentuk optimalisasi dari kata kunci waste to energy, yang merupakan salah satu langkah kontribusi Indonesia dalam menurunkan Emisi GRK dunia sebesar 29 persen pada 2030.

Ada tiga keuntungan utama yang didapat dari penerapan teknologi biogas POME ini, yaitu pengurangan pencemaran lingkungan akibat limbah cair pabrik kelapa sawit, pengurangan emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global, dan pemanfaatan biogas sebagai sumber energi terbarukan.

Hal tersebut mendukung pencapaian target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang tidak ramah lingkungan.

Tepis Isu Miring

img

Pengurus GAPKI Kalsel yang dinahkodai Eddy S Binti. Foto-Majalah Sawit Indonesia

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalsel, Eddy S Binti mengapresiasi perusahaan yang berinovasi mengubah POME menjadi biogas dan energi listrik.

Bahkan, ia mendorong agar perusahaan lain melakukan program serupa, khususnya anggota GAPKI Kalsel.

"Kita ada 51 dari 89 perusahaan di Kalsel yang menjadi anggota GAPKI Kalsel," sebutnya.

Menurutnya, pemanfaatan POME menjadi biogas dan listrik akan menepis isu miring tentang perkebunan kelapa sawit.

"Ini menggambarkan bahwa sawit tidak seperti yang digembar-gemborkan merusak lingkungan," pungkasnya.

Komentar
Banner
Banner