Solusi Defisit Anggaran

Sri Mulyani Bantah Pemerintah Hobi Berhutang dan Senang Defisit

Menteri Keuangan Sri Mulyani membantah pernyataan terkait pemerintah indonesia hobi berhutang dan senang defisit.

Featured-Image
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ingatkan potensi risiko mulai dari resesi, utang, geopolitik hingga perubahan iklim yang akan mengancam perekonomian global. Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA – Pengelolaan utang negara tak pernah lepas dari sorotan masyarakat Indonesia. Akibatnya Indonesia dianggap sebagai negara yang hobi berhutang dan senang defisit.

Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan permasalahan defisit dan keputusan untuk berhutang merupakan langkah pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ditengah gejolak ekonomi.

Terbukti, dalam dua tahun di masa pandemi Covid-19, Sri Mulyani memutuskan untuk membuat APBN lebih fleksibel.

“Itu adalah sebuah design Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti masih banyak yang menganggur, ada masyarakat miskin, ada yang masih butuh infrastruktur di daerahnya” ujarnya dalam kuliah umum yang disiarkan secara daring, Jumat (3/2).

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Kemenkeu Sempat Dikenal sebagai Sarang Korupsi

Kebutuhan masyarakat Indonesia harus dipenuhi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya krisis. Hanya saja, tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi. Harus ada pemilihan terkait dengan skala prioritas.

Karena itu, Sri Mulyani melakukan seleksi ketat terhadap setiap kebutuhan masyarakat yang akan dipenuhi. Termasuk pola menyalurkannya dengan beragam bantuan. Salah satunya melalui pemberian subsidi.

“Itu sudah kita seleksi lebih dari Rp3000 triliun, padahal penerimaan negara jumlahnya tidak sebanyak itu,” ungkapnya.

Akibatnya penerimaan negara yang tidak begitu besar. Pemerintah selalu menjaga agar nilai defisit tersebut tidak terlalu tinggi.

Baca Juga: Keluh Sri Mulyani, Subsidi BBM 3 Kali Lebih Besar dari Anggaran LPDP

“Bisa saja penerimaan negara digenjot sampai Rp3000 triliun, tapi nanti banyak yang bilang ‘bu saya nafas aja sekarang dipajaki’. Jadi semuanya adalah mencari keseimbangan,” terang Sri Mulyani.

Keseimbangan tersebut dilakukan melalui skema di APBN. Ketika ekonomi Indonesia membaik, kemudian pemerintah mengulurnya melalui peningkatan pajak. Hal itu untuk menyehatkan APBN.

“APBN adalah alat tapi bukan tujuan, jadi banyak orang yang bilang ‘APBN harus sehat walafiat’. Hal itu bisa saja, tapi ekonominya menggelepar, sehingga APBN digunakan sebagai alat untuk membuat ekonomi sehat,” pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner