Citra Negatif Kemenkeu

Sri Mulyani Sebut Kemenkeu Sempat Dikenal sebagai Sarang Korupsi

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut bahwa saat pertama kali menjabat, lembaganya sempat dikenal sebagai sarang korupsi.

Featured-Image
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Foto: tangkapan layar

bakabar.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut lembaganya sempat dikenal sebagai sarang korupsi saat dia menduduki jabatan di kementerian tersebut untuk pertama kalinya.

Stigma "sarang korupsi' melekat kuat di masyarakat dan dibutuhkan waktu 10 tahun untuk memperbaiki citra kementerian tersebut.

“Waktu saya pertama jadi menteri keuangan, dulu juga reputasinya, oh ini menteri keuangan, sarangnya korupsi, tidak akuntabel, tidak transparan. Kan, saya juga bisa ikut mengeluh” ujarnya saat memberikan kuliah umum di STKIP PGRI Sumenep yang disiarkan melalui Youtube Kementerian Keuangan, Kamis (2/2).

Untuk membenahi hal tersebut, Menkeu Sri Mulyani sampai harus mengubah keseluruhan struktur organisasi kementerian agar menjadi kredibel, akuntabel dan tranparan, sehingga dapat diawasi oleh masyarakat.

Baca Juga: Dampak Kenaikan Belanja Perpajakan 2021, Kemenkeu: Jaga Pertumbuhan Ekonomi

Pembenahan dilakukan dari struktur paling bawah hingga level atas. Ini ada kaitannya dengan akuntabilitas dan peningkatkan kinerja lembaga yang bisa terukur.

“Untuk membenahi dibutuhkan banyak sekali dan sangat detail hingga bagian kepemimpinan. Itu dilakukan setiap hari, hingga membuat organisasi makin bersih,” ungkapnya.

Kementerian keuangan juga menerapkan pengawasan ketat terhadap kinerja karyawan, sehingga mereka menjadi lebih produktif. Termasuk melakukan pengawasan melekat di semua agenda kementerian.

"Setiap agenda dimonitor. Semua pekerjaan diukur sampai dengan bagaimana tingkah laku semua jajarannya dinilai," katanya.

Baca Juga: Kemenkeu Ingatkan Masyarakat Modus Penipuan Berkedok Lelang

Sebagai bentuk transparansi ke masyarakat, Kementerian Keuangan selalu menerbitkan publikasi berkala. Didalamnya dijelaskan setiap perubahan yang terjadi, meskipun tidak semua masyarakat memperhatikan perubahan tersebut.

“Harus mulai, jangan merasa mengeluh saja. 'Ini terlalu sulit, kompleks ini, ini ruwet'. Akhirnya kita cuma mengeluh terus. Tapi kalau kita kerjakan, tidak selalu mudah, tapi lebih baik mencoba mungkin menjadi juara,” tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner