Aktivitas Pengeboran

Solusi Kekurangan RIG, SKK Migas Jalin Kerja Sama 'Farm In'

Kadiv Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro mengungkapkan aktivitas pengeboran di dunia sedang meningkat sehingga rig yang ada harus diamankan.

Featured-Image
Indonesia memiliki formasi geologis yang dapat digunakan untuk menyimpan emisi karbon secara permanen melalui penggunaan teknologi dalam kegiatan penangkapan dan penyimpanan karbon serta kegiatan penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS). Foto: SKK Migas

bakabar.com, JAKARTA - Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro mengungkapkan aktivitas pengeboran di dunia sedang meningkat sehingga rig yang ada harus bisa diamankan. Alasannya, jika sudah berpindah ke luar negeri akan lebih susah untuk mendapatkannya. 

"Maka untuk mengamankan ketersediaan rig, terobosan melalui kerja sama farm in menjadi salah satu solusinya," kata Hudi dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (15/4).

Pemerintah tengah membangkitkan produksi minyak dan gas bumi dengan target 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030. Namun, upaya mengejar target itu menghadapi tantangan dengan terbatasnya ketersediaan rig atau alat pengeboran.

Hudi menegaskan, tidak hanya ketersediaan barang sesuai waktu yang dibutuhkan dalam kerja sama farm in, tetapi juga efisiensi yang dihasilkan. Diharapkan hal itu akan berdampak positif dalam upaya mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor hulu migas. 

Baca Juga: Libatkan 22 KKKS, SKK Migas Siapkan e-Katalog Ciptakan Efisiensi

"Serta meningkatkan daya saing hulu migas nasional di kancah global," ujar Hudi.

Sebelumnya, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko menjelaskan dengan dilakukannya farm in, para pihak akan mendapatkan keuntungan, yakni potensi penghematan sebesar 15% sampai 30% dari harga pasar.

Kemudian meminimalisir adanya kelebihan material melalui pemanfaatan kontrak konsinyasi. Selain itu, potensi delivery time yang sesuai dengan jadwal pengeboran, serta ada penghematan waktu dan biaya apabila dilakukan dengan pengadaan baru.

"Kami mengupayakan strategi dan inisiatif baru dalam memastikan ketersediaan barang/jasa kebutuhan operasi dengan tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku,” kata Rudi.

Baca Juga: Targetkan 991 Pengeboran Sumur Baru, SKK Migas Ungkap Tantangannya

Rudi menambahkan, melalui farm in tersebut diharapkan dapat memotivasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lainnya untuk memaksimalkan potensi pemanfaatan kontrak. Sehingga efisiensi dapat tercipta dan adanya kepastian ketersediaan material utama untuk mendukung program kegiatan hulu migas yang masif dan agresif.

“Terobosan strategis seperti Farm In ini untuk memastikan ketersediaan peralatan/material operasi, khususnya, program pengeboran tahun 2023 dan tahun selanjutnya dalam rencana jangka panjang target hulu migas yaitu 1 Juta BOPD Minyak dan 12 BSCFD Gas di tahun 2030” pungkasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner