apahabar, JAKARTA – Rangkaian webinar literasi digital di Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan telah bergulir pada Selasa (11/4) pukul 09.00-11.00 WIB. Kegiatan webinar yang bertajuk “Menjadi Pengguna Media Sosial Yang Bijak, Kreatif dan Inovatif.”
Kegiatan ini merupakan kerja sama Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dengan seluruh SD dan SMP Kabupaten Ogan Ilir dan melibatkan para siswa sebagai audiensnya.
Kegiatan yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Baca Juga: Literasi Digital di SD dan SMP Kabupaten Ogan Ilir, Jaga Data Pribadi dengan Baik
Pengguna internet di Indonesia pada awal Tahun 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.
Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada pada angka 3,49 dari 5,00.
Kemudian pada tahun 2022, hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional mengalami kenaikan dari 3,49 poin menjadi 3,54 poin dari skala 5,00. Hasil ini dianggap menunjukkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia saat ini berada di kategori sedang dibandingkan dengan tahun lalu.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementrian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik.
Baca Juga: SMAN 1 Payaraman, Ogan Ilir, Belajar Hak dan Tanggungjawab di Ruang Digital
“Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya melalui virtual. Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.
Pada webinar yang menyasar target segmen pelajar SD dan SMP ini, sukses dihadiri oleh sekitar 1000 peserta daring, dan juga dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.
Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan dari Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Semuel Abrijani Pangerapan, dihadiri narasumber Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si (Dosen, Writerpreneur, dan Entrepreneur).
Hadir pula narasumber Prayoga Putra Utama, S.Pd (Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan SMP), bersama Key Opinion Leader Reni Risti Yanti (Presenter), serta Siti Kusherkatun, S.Pd.I (Asih) sebagai juru bahasa isyarat dan dipandu oleh moderator Sonaria. Para narasumber tersebut memperbincangkan tentang 4 pilar literasi digital, yakni Digital Culture, Digital Ethic, Digital Safety dan Digital Skill.
Pada sesi pertama, narasumber Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si menyampaikan mengenai bagaimana penggunaan media sosial dengan bijak, kreatif, dan inovatif. Bijak adalah selalu menggunakan akal budinya, pandai, dan mahir.
Kreatif adalah memiliki daya cipta kemampuan untuk mencipta. Inovatif adalah membuat hal yang baru yaitu kreasi baru. Bebas berekspresi di dunia digital tetapi perlu bijak dan berakhlak, bijak yaitu menggunakan akal budi dengan pandai bercakap-cakap, akhlaknya yaitu berkelakuan yang baik.
Baca Juga: Gaung Literasi Digital di Beberapa SMP Kabupaten Deli Serdang
Hal yang perlu dilakukan agar bijak dan kreatif di media sosial yaitu menghindari curhat permasalahan pribadi di media sosial bijak dalam berbagi status, menghindari untuk memancing dan memulai konflik di media sosial, membiasakan memilah/memikirkan sesuatu sebelum memposting foto/video, memeriksa kembali berita dan sumber berita untuk menyaring kebenaran dan menghindari hoaks sebelum diteruskan kepada orang lain.
Siswa juga diharapkan selalu menjaga identitas dan keamanan akun pribadi, selalu bijak dan berhati-hati ketika melakukan transaksi atau belanja secara online, perlu diingat bahwa apa yang telah dibagikan di sosial media sulit untuk dihapus kembali dan akan disimpan jejaknya, menghindari memberi komentar yang mencela orang lain.
Selain itu, perlu juga untuk menghindari membuka sosial media ketika sedang dalam keadaan emosi, dan perlu mengatur waktu, kapan waktu menggunakan media sosial, waktu istirahat, dan waktu tidur, serta kapan saatnya berkumpul dengan orang tua dan keluarga.
Terdapat algoritma media sosial yakni kumpulan data dan peraturan yang menentukan konten yang ingin dilihat pengguna di akun media sosialnya, konten satu pengguna lainnya dapat berbeda meskipun mereka memiliki akun sosial media yang sama, perlu melihat hal-hal yang positif agar hal negatif tidak akan muncul dalam sosial media.
“Jenis konten inovatif yaitu konten yang dibuat dengan tujuan menghibur, menginspirasi, atau menghasilkan reaksi emosional dari audiensnya, konten kreatif seringkali menggunakan elemen visual audio, atau interaktif untuk menarik perhatian dan membuat audiens terlibat. Contoh konten kreatif adalah video, gambar, animasi, kuis, dan game. Tips bikin konten viral tapi kreatif dan inovatif yaitu tentukan tujuan untuk viral, konsisten dengan tema, buat konten yang unik, ikuti trend dan challenge positif, kualitas video yang bagus, gunakan audio populer, unggah di jam prime time, buat konten setiap hari, selalu pantau trend, dan menggunakan hastag,” ujar Dian.
Giliran narasumber kedua, Prayoga Putra Utama, S.Pd memberikan pemaparan tentang etika dalam bermedia sosial, adanya media sosial mampu memutus kelas sosial, memudahkan komunikasi tanpa batas, mempercepat arus komunikasi dan informasi, menjalin silaturahmi tanpa jarak, media sosial sebagai media hiburan dan hobi, juga sebagai sumber penghasilan (online market).
Tetapi yang terjadi di sosial media saat ini justru kebalikannya yakni memisahkan interaksi nyata, membuat larut dan tenggelam dalam waktu, maraknya ujaran emosi, ujaran kebencian, dan bullying, ajang pamer sosialita dan adu gengsi, terdapat aksi penipuan, dan pencurian data pribadi.
“Tujuh etika dalam bermedia sosial yang pertama gunakan bahasa dengan santun, mudah dimengerti, dan dipahami, akan lebih baik jika sesuai kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dalam bersosial media tidak mengucapkan kata-kata kasar, provokatif, porno atau menyinggung SARA, tidak mengunggah atau membagikan status bersifat hoax atau bersifat bohong tanpa fakta, tidak membagikan materi bermuatan pornografi dan kekerasan,” kata Yoga.
“Sebaiknya jangan sering mengumbar status pribadi yang semestinya menjadi rahasia, kebebasan berbicara adalah bagian dari hak asasi manusia, namun sebaiknya apabila ingin beropini haruslah berdasarkan fakta, dan apabila memang terjadi perbedaan pendapat, sebaiknya bijak juga mengetahui kapan harus berhenti berdebat,” lanjutnya.
Selanjutnya, giliran Reni Risti Yanti selaku Key Opinion Leader yang menyampaikan bahwa media sosial adalah gambaran atau pencitraan diri kita di dunia nyata, perlu menjadi orang yang sopan, santun, beretika, berbudaya, dan memiliki kreativitas yang tinggi agar tidak tertinggal. Dapat memanfaatkan peluang media sosial dengan baik dan bijak, mengeluarkan sisi positif yang bisa diikuti oleh semua orang, dan menguatkan konten dalam media sosial agar berkembang.
“Karena yang namanya media sosial itu sebenarnya adalah gambaran atau pencitraan diri kita, di ruang maya itu harusnya sama dengan di ruang nyata, jadi nggak ada bedanya harusnya, karena kadang-kadang kan kita suka gitu ya, kalau di dunia nyata kita suka jadi orang yang sopan santun, baik hati, bahkan kalau sama gurunya sopannya luar biasa atau sama orang tua juga sopannya luar biasa,” kata Reni.
“Tapi begitu jadi netizen di media sosial, ini sama gurunya aja tata bahasanya tidak baik dan benar, tidak memakai salam, tidak memakai permisi, atau tidak memakai minta tolong, terima kasih nggak ada gitu langsung to the point, jangan seperti itu,” lanjutnya.
Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.
Pertanyaan pertama dari Shyfana Azzahra yang mengajukan pertanyaan Di zaman sekarang banyak sekali masyarakat menggunakan media sosial secara negatif, nah bagaimana cara masyarakat untuk menggunakan media sosial dengan hal yang positif bukan dengan hal negatif?
Kemudian narasumber Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si menanggapi bahwa pakai media sosialnya tidak hanya sebagai konsumtif saja, coba membuat tugas di upload di media sosial seperti instagram atau tiktok. Membuat postingan sederhana yang positif dan bermanfaat bagi banyak orang, gunakan media sosial untuk berkarya dan lomba karena bisa dijadikan portofolio.
Pertanyaan kedua dari Devika Ashanti yang mengajukan pertanyaan Terkait pembuatan konten saya kebetulan suka buat konten pendidikan di tiktok seperti keseharian belajar, bahasa Inggris dan sejenisnya. tapi sayangnya saya belum bisa konsisten dan suka mentok mencari ide dalam pembuatan konten Kak, dan bagaimana tips menjaga diri sendiri dari fenomena FOMO yang selalu mengedepankan viral ketimbang manfaat agar bisa terkenal agar tidak sembarang membuat konten pak?
Narasumber Prayoga Putra Utama, S.Pd menanggapi bahwa terus berkarya dan belajar dan lihat bagaimana kreator lain mengkonsep materi. semuanya bisa memiliki waktu dan kesempatan yang sama dan belajar dari orang lain.
Pertanyaan ketiga dari Gracia Oktavia mengajukan pertanyaan Media sosial yang kita kenal sekarang ini tidak terlepas dari semakin meluasnya jaringan internet, namun saat ini medsos banyak sekali yang dipegang oleh anak-anak dan anak-anak berkomentar tidak baik, maka dari itu bagaimana meminimalisir dan mengedukasi masyarakat agar menggunakan media sosial secara baik dan sopan santun?
Kemudian narasumber Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si menanggapi bahwa Kita lihat saja diri kita sendiri dan sadar diri dalam menggunakan media sosial. Memberikan contoh yang baik. Kita mengajak teman kita untuk berkolaborasi membuat konten positif. Selanjutnya narasumber Prayoga Putra Utama, S.Pd juga menanggapi bahwa jangan menyinggung unsur pornografi dan SARA, dan hentikan untuk berdebat dan bijak dalam berkomunikasi. Cara mengedukasi dengan mengajak teman kita salah satunya dengan mengikuti webinar ini bagian dari edukasi.
Sesi tanya jawab selesai, moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000. Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta webinar. Pukul 11.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.
Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.