Tragedi Kanjuruhan

Sisa Jiwa Terluka, Cerita Vicky Penyintas Tragedi Kanjuruhan

Nasib malang dialami oleh salah satu korban penyintas tragedi Kanjuruhan, Vicky Eka Saputra. Dirinya masih mengalami gangguan trauma pasca tragedi Kanjuruhan

Featured-Image
korban penyintas tragedi Kanjuruhan, Vicky Eka Saputrad di Mabes Polri. (foto: apahabar.com/Leni)

bakabar.com, JAKARTA - Nasib malang dialami oleh salah satu korban penyintas tragedi Kanjuruhan, Vicky Eka Saputra (18). Lelaki asal Warga Ngebruk, Sumberpucung, Kabupaten Malang itu terpaksa menggunakan alat bantu jalan saat melakukan aktivitasnya sehari-hari.

Patah tulang pada kaki kirinya belum juga pulih seutuhnya, usai 50 hari tragedi berdarah Kanjuruhan berlalu.

Ditemui di depan gedung Bareskrim Polri Jakarta, Vicky terkulai lemas diatas kursi roda. Usai menuntut keadilan agar para korban penyintas dan keluarga korban tragedi Kanjuruhan dapat melihat dalang dibalik peristiwa itu segera mendapat hukuman yang setimpal.

Baca Juga: Babak Baru Korban Tragedi Kanjuruhan Menjemput Keadilan

Anak berusia 18 tahun mengaku sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasa setelah melewati satu bulan masa pemulihan dan terapi khusus.

Namun, tetap saja dirinya harus menggunakan alat bantu jalan untuk menopang tubuh ringkihnya itu dengan sebuah kruk, atau bahkan kursi roda. Seperti saat ini yang ia gunakan saat datang ke Jakarta.

"Kondisi saya, ya begini (hanya bisa duduk lemas diatas kursi roda) ya kalau jalan pakai krup (alat bantu jalan untuk orang yang memiliki keterbatasan fisik akibat cacat atau cidera) alhamdulillah sudah bisa jalan pakai krup. Bisa bersekolah lagi, setelah satu bulan satu hari gak bisa bersekolah," ujar vicky sambil menunjukkan kondisi kedua kakinya yang belum pulih sepenuhnya.

Korban Penyintas 

Kendati secara fisik, Vicky sudah mengalami kemajuan yang bisa dibilang hampir pulih seutuhnya. Namun, salah satu korban kerusuhan Kanjuruhan itu mengaku masih mengalami gangguan psikologis atau trauma.

Akibatnya, ia belum berani kembali bersosialisasi dengan teman sebayanya, seperti sebelum terjadinya tragedi berdarah Kanjuruhan.

"Jadi ya setelah sembuh, masih di rumah, tidur-tidur, belajar, baca buku," lanjutnya.

Seluruh Biaya Pengobatan 

Untuk biaya Pengobatannya selama sebulan belakangan ini, Vikcy mengaku mendapat bantuan secara utuh dari pemerintah. Baik itu, waktu perawatan di rumah sakit maupun saat perawatan terapi.

Baca Juga: Korban Tragedi Kanjuruhan Geruduk Komnas HAM hingga Mabes Polri!

"Masih ada terapi, itu biaya Pengobatannya gratis, kalau yang dari rumah sakit kan pembiayaan hanya satu minggu, kalau yang dirumah itu diajarin cara-cara terapinya gitu. jadi dirumah dilakukan terus sampai saat ini, masih Ditanggung biayanya," ungkap Vicky.

Korban Desak Dalang 

Diketahui, Rombongan Korban Kanjuruhan menyerbu Bareskrim Polri untuk melaporkan sejumlah pihak yang dianggap bertanggung jawab atas tragedi berdarah Kanjuruhan, salah satunya ialah Irjen Nico Afinta.

Begitu juga dengan Vicky, tujuannya untuk melihat para dalang dibaling tragedi yang menewaskan ratusan nyawa itu segera di usut hingga tuntas.

"Aktor atau dalang dari Tragedi Kanjuruhan sudah ketemu kan, minta dihukum sesuai hukum yang berlaku dan disuruh bertanggung jawab dan menanggung atas perbuatannya itu yang telah menewaskan ratusan nyawa dan ratusan korban luka," harap semua korban penyintas dan keluarga korban.

Kronologis Kejadian Kanjuruhan

Insiden kericuhan melanda Stadion Kanjuruhan pasca-kekalahan Arema FC dari Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3, Sabtu 1 Oktober 2022.

Baca Juga: Kasus Tragedi Kanjuruhan Belum Tuntas, The Jakmania Sayangkan Pembubaran TGIPF

Hasil investigasi TGIPF memastikan jatuhnya korban Aremania sebanyak 713 orang, yakni 133 orang meninggal dunia, 96 luka berat, serta 848 orang luka ringan atau sedang, dipicu oleh gas air mata yang ditembakkan oleh Polisi secara membabi buta di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada 1 Oktober 2022.

Vicky Eka Saputra termasuk dalam salah satu dari 713 korban luka yang selamat. Pada saat itu, kaki Vicky sempat terjepit pagar tangga menuju pintu 12 Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan: Buah Kesalahan Kolektif, Tanggung Jawab Bersama

Dia sempat bergelantungan, dan kakinya diinjak-injak oleh Aremania lain yang pada saat itu panik akibat adanya tembakan gas air mata ke arah tribun.

"Suasananya saat itu berdesak-desakan. Saya bergelantungan, karena kaki saya terjepit pagar dan tertimpa runtuhan tangga. Di pintu 12 juga hanya ada satu pintu yang terbuka," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner