kesehatan mental

Sindrom Quasimodo, Merasa Tak Sempurna dan Lemah dengan Fisik Diri Sendiri

Merasa selalu ada yang kurang dari diri kamu? Merasa fisik kamu tidak sempurna? Mungkin itu tanda kamu memiliki Sindrom Quasimodo.

Featured-Image
Sindrom Quasimodo adalah ketika menganggap diri sendiri lemah dan tidak sempurna. Foto: SrdjanPav/istock photo

bakabar.com, JAKARTA – Merasa selalu ada yang kurang dari diri kamu? Merasa fisik kamu tidak sempurna? Mungkin itu tanda kamu memiliki Sindrom Quasimodo.

Semakin kompleksnya tuntutan hidup modern dan tekanan sehari-hari telah menggambarkan pemandangan yang semakin luas tentang gangguan mental di masyarakat kita. Banyak individu yang terperangkap dalam labirin gangguan mental.

Gangguan mental tidak pandang bulu, bisa menyerang siapa pun, tanpa memandang jenis kelamin. Kebiasaan buruk dapat merusak kesehatan mental, termasuk sikap pesimis, rendah diri, dan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, kurang tidur, dan kurang berolahraga.

Salah satu bentuk gangguan mental yang dapat dialami oleh seseorang adalah sindrom Quasimodo atau gangguan dismorfik tubuh. Sindrom ini dicirikan oleh kecemasan yang berlebihan terhadap ketidaksempurnaan atau kelemahan fisik diri sendiri.

Melansir CBT Cognitive Behavioral Therapy, penderita sindrom quasimodo ini cenderung memandang diri mereka sebagai memiliki cacat pada penampilan mereka, menciptakan obsesi yang berpengaruh pada kehidupan sehari-hari mereka. Ironisnya, kekurangan yang dipersepsikan ini sebenarnya tidak ada dalam kenyataan.

Nama "Sindrom Quasimodo" diambil dari tokoh dalam karya Notre Dame karya Victor Hugo. Psikiater Italia, Enrico Morelli, pertama kali menggambarkan sindrom ini pada tahun 1886.

Ini menciptakan paradoks di mana kebiasaan buruk dapat memicu gangguan mental, termasuk sindrom Quasimodo yang membuat individu terobsesi dengan kekurangan fisiknya.

Gejala Sindrom Quasimodo
Individu yang mengalami gangguan ini biasanya berusia antara 15 hingga 30 tahun dan memiliki persepsi diri yang sangat negatif. Mereka cenderung menghindari keramaian karena merasa malu dan cemas terkait penampilan mereka. Beberapa gejala yang menjadi ciri sindrom Quasimodo mencakup:

Bercermin Berulang-ulang

Ilustrasi bercermin berulang-ulang adalah tanda dari sindrom quasimodo. Foto: ariwasabi/istock photo
Ilustrasi bercermin berulang-ulang adalah tanda dari sindrom quasimodo. Foto: ariwasabi/istock photo

Orang dengan sindrom Quasimodo seringkali terlibat dalam kegiatan bercermin secara berulang-ulang. Hal ini disebabkan oleh perasaan negatif yang konstan terhadap penampilan mereka, yang memicu rasa cemas berlebihan.

Menyembunyikan Anggota Tubuh yang Dianggap Tidak Sempurna
Pengidap Sindrom Quasimodo akan menyembunyikan tubuhnya yang dianggap kurang sempurna. Foto: markgoddard/istock photo
Pengidap Sindrom Quasimodo akan menyembunyikan tubuhnya yang dianggap kurang sempurna. Foto: markgoddard/istock photo


Pengidap sindrom Quasimodo memiliki kecenderungan untuk menyembunyikan bagian tubuh yang dianggap tidak sempurna.

Ini mungkin melibatkan elemen-elemen seperti wajah, hidung, rambut, payudara, atau kulit tubuh yang sering dianggap tidak memenuhi standar kecantikan pada umumnya.

Meminta Kepastian dari Orang Lain

Syndrome Quasimodo cenderung meminta kepastian dari orang lain terhadap fisiknya. Foto: triloks/istock photo
Syndrome Quasimodo cenderung meminta kepastian dari orang lain terhadap fisiknya. Foto: triloks/istock photo

Selain terfokus pada aktivitas bercermin, pengidap sindrom Quasimodo juga cenderung bertanya pada orang lain dan meminta konfirmasi bahwa penampilan mereka masih dapat diterima.

Terkadang, mereka bahkan bertanya kepada orang lain apakah kekurangan yang mereka anggap ada dapat disembunyikan dengan baik.

Melakukan Usaha Berlebihan untuk Mencapai Penampilan yang Diinginkan
Ketika mereka merasa cemas terkait penampilan, terutama yang terkait dengan kelebihan berat badan, pengidap sindrom Quasimodo dapat terlibat dalam olahraga yang berlebihan.

Mereka berusaha mencapai hasil yang sesuai dengan keinginan mereka, meskipun hal ini dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mereka secara keseluruhan.

Penyebab Sindrom Quasimodo

Penyebab sindrom quasimodo. Foto: PonyWang/istock photo
Penyebab sindrom quasimodo. Foto: PonyWang/istock photo

Penyebab utama sindrom Quasimodo belum diketahui dengan pasti. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kerentanannya, antara lain:

Faktor Genetik: Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan sindrom Quasimodo cenderung lebih rentan mengalami kondisi ini.

Adanya faktor genetik menunjukkan bahwa kecenderungan untuk mengembangkan sindrom ini dapat diwarisi dari anggota keluarga.

Lingkungan: Penilaian negatif terhadap penampilan seseorang dari lingkungan sekitarnya dapat memiliki dampak buruk.

Kritik atau persepsi negatif dari orang lain terhadap citra diri seseorang dapat memicu kecemasan berlebihan terkait penampilan.

Kelainan Struktur Otak: Kelainan pada struktur otak dapat menjadi faktor yang menyebabkan seseorang mengalami sindrom Quasimodo. Gangguan pada otak dapat memengaruhi persepsi diri dan merangsang perkembangan gejala sindrom ini.

Diagnosis dan penanganan sindrom Quasimodo melibatkan beberapa tahap pemeriksaan, termasuk evaluasi psikologis pada individu yang mengidap sindrom ini.

Setelah penyebabnya diketahui, pengidap sindrom Quasimodo dapat ditangani melalui terapi perilaku kognitif dan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.

Terapi perilaku kognitif difokuskan untuk meningkatkan kepercayaan diri pengidap dan membentuk citra positif terhadap diri sendiri. Dengan pendekatan ini, diharapkan sindrom ini dapat diatasi secara bertahap.

Editor
Komentar
Banner
Banner