Tradisi Cap Go Meh

Sepak Terjang Barongsai dalam Tradisi Cap Go Meh

Semarak Imlek bakal berlanjut dengan dirayakannya tradisi Cap Go Meh. Ini lazimnya dimeriahkan pawai di jalan-jalan dengan diiringi pertunjukan barongsai

Featured-Image
Kehadiran barongsai yang menyemarakkan upacara Imlek hingga Cap Go Meh. Foto: Net.

bakabar.com, JAKARTA - Semarak Imlek bakal berlanjut dengan dirayakannya tradisi Cap Go Meh. Perayaan yang jatuh pada 5 Februari 2023 mendatang ini lazimnya dimeriahkan pawai di jalan-jalan dengan diiringi pertunjukan barongsai.

Barongsai sendiri adalah tarian tradisional Cina yang menggunakan sarung serupa singa. Irwan dalam Pertunjukan Barongsai pada Cap Go Meh oleh Masyarakat Tionghoa di Makassar (2019) mengatakan tarian ini sudah eksis sejak ribuan tahun silam. 

Catatan pertama tentang Barongsai bisa ditelusuri pada masa Dinasti Chin sekitar abad ke-3 SM. Lebih tepatnya, mulai populer pada zaman Dinasti Nan Bei yang berkuasa sekitar tahun 420 M sampai 589 M.

Baca Juga: Setelah Imlek, Cap Go Meh Menanti

Ketika itu, rombongan Raja Song Wen kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah Fan Yang dari negeri Lin Yi. Panglima perang bernama Zhong Que lantas membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan Raja Fan. 

Rupanya, upaya tersebut sukses hingga akhirnya barongsai melegenda. Di samping kisah itu, versi lain menuturkan bahwa barongsai sejatinya bermula dari legenda Nian, yakni binatang yang ditakuti saat malam Tahun Baru Imlek.

Melansir laman Badan Perpustakaan Nasional Singapura, hewan yang wujudnya tidak dikenal itu akan menghancurkan ladang, tanaman, dan hewan milik petani di sebuah desa di Tiongkok.

Penduduk desa tidak dapat mengidentifikasi binatang itu, kemudian menamakannya Nian, yang berarti 'tahun' dalam bahasa Cina. Untuk menghentikan pengrusakan, penduduk desa membuat model hewan dari bambu dan kertas yang digerakkan dua orang, sambil diiringi pemukulan instrumen yang keras.

Versi lain dari legenda tersebut menjelaskan bahwa penduduk desa membuat model singa dari bambu dan kain. Ini dilakukan setelah mereka mengetahui bahwa Nian takut pada singa. Model binatang tersebut juga disertai dengan pemukulan panci dan wajan yang keras.

Baca Juga: Di Balik Pepatah Cina 'Jangan Buka Toko Jika Tak Bisa Tersenyum’

Kemudian, warga desa menunggu Nian pada malam Imlek. Mereka berhasil mengusir Nian dengan model hewan tersebut yang kini dikenal sebagai barongsai. Semenjak itu, barongsai dipertunjukkan setiap tahun pada perayaan Imlek dengan iringan drum, simbal, dan gong.

Terlepas dari benar atau tidaknya kisah-kisah tersebut, barongsai diyakini sebagai simbol pembawa kesuksesan dan keberuntungan. Barongsai dipercaya pula bisa ‘membersihkan’ suatu tempat dari hal-hal negatif.

Karena maknya yang demikian, barongsai pun tak cuma digunakan pada perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh. Tarian ini juga dipertunjukkan pada acara-acara seremonial, seperti pembukaan tempat usaha baru.

Editor


Komentar
Banner
Banner