bakabar.com, JAKARTA - Kepala Direktorat Jenderal Pajak Bali, Anggrah Warsono mengungkapkan jumlah UMKM hampir mencapai 99,99 persen dari total pelaku usaha di Indonesia.
Besarnya porsi UMKM sebagai pelaku usaha membuat UMKM menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.
"Ada beberapa yang termasuk sektor informal, jadi kita lihat sebetulnya. Inilah kekuatan ekonomi indonesia," ujarnya dalam siaran daring di akun YouTube Kanwil DJP Bali, Rabu (28/9).
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, data kegiatan kelas usaha mikro memiliki porsi paling besar yakni sebesar 98,67 persen atau setara 64,6 juta unit usaha.
Adapun menyusul kegiatan kelas usaha kecil memiliki porsi sebesar 1,22 persen atau setara dengan 798.679 unit usaha. Sedangkan kegiatan kelas usaha menengah memiliki porsi sebesar 0,1 persen atau setara dengan 65.456 unit usaha.
Sementara itu kegiatan usaha besar memiliki porsi persentase sebesar 0,01 persen atau setara 5.637 unit usaha.
"Jika ditotal maka keseluruhan pelaku UMKM di Indonesia saat ini adalah sebanyak 65,47 juta unit usaha," terangnya.
Peran besar UMKM tersebut, kata Anggrah, yang menjadi faktor utama Indonesia bisa terus bertahan melalui masa krisis ekonomi. Faktor keluwesan dan fleksibilitas bisnis UMKM selama ini dinilai dapat menopang perekonomian Indonesia.
Adapun kelompok UMKM berdasarkan modal dan hasil penjualan pun tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 2021.
Rincian klasifikasi tersebut adalah usaha mikro dengan modal usaha sebesar Rp1 miliar, tidak termasuk aset tanah dan tempat usaha, dengan hasil penjualan paling banyak Rp2 miliar per tahun.
Kelas usaha kecil memiliki modal lebih dari Rp1 miliar sampai Rp5 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dengan hasil penjualan dari Rp2 miliar sampai Rp15 miliar per tahun.
Usaha kelas menengah memiliki modal lebih dari Rp5 Miliar sampai dengan Rp10 miliar, tidak termasuk aset tanah dan bangunan tempat usaha. Hasil penjualan sebesar Rp15 miliar sampai dengan Rp50 miliar per tahun.
Berdasarkan jumlah UMKM yang melimpah, imbuh Anggrah, Indonesia tidak hanya mampu bertahan pada krisis ekonomi saat Covid-19, tapi juga pada krisis tahun 1998 dan juga 2008.
"Dengan jumlah penduduk kita yang banyak, seharusnya secara potensi Indonesia masih akan berkembang," tutupnya.